Search

Monday, March 20, 2023

My 'Awakening'

 


Pagi ini, Senin 20 Maret 2023, Mbak Rani menulis sedikit tentang awal mula perjalanan her spiritual 'awakening': dari seseorang yang culun, submissif, tertindas hingga menjadi seseorang yang merdeka.

 

Mbak Rani menyebut seorang rekan kerjanya -- di awal karirnya -- sebagai seseorang yang 'trigger' perjalanan spiritualnya, bukan dari debat tentang relijiusitas / spiritualitas berkepanjangan, namun dari pertanyaan-pertanyaan usil dari si rekan kerja, yang dia beri inisial, WA. Aku copas dari wall Mbak Rani:

 

WA ini perempuan seniorku 2 tahun dalam usia. Ia amat cerdas, luas, berparas dan berpenampilan B aja, pikirannya yang luar biasa! Ia berkulit kuning, bermata sipit. Dan dalam pekerjaan sehari-hari dia pula yang mengajariku menulis sambil kerja. (Dia editorku yang pertama dan yang paling berjasa).

 Ketika itu aku bertahan dengan segenap kekuatan iman dan rasa takutku. Tetapi pernyatan-pernyataan WA kerap terlalu telak dan menohok logikaku. Sering aku mulas setelah mendengar cerocosnya. Kadang, ia membuatku mual dengan sebuah pertanyaan. Kerap aku pulang naik angkot cuma memikirkan sepotong guyonannya yang menyakitkan dan menghina keyakinanku tetapi sungguh-sungguh menggugah kesadaranku sampai ke akar-akarnya.

 

Mungkin di dalam darahku ada bibit-bibit kemerdekaan dan kemanusiaan yang teramat kuat sebagaimana setiap orang lainnya. Perlahan tapi pasti aku mulai membuka mataku untuk mengkritisi segala sesuatu yang telah dijejalkan oleh orang-orang ke dalam otak dan dadaku. ... Orang-orang yang juga telah terdoktrin dan terdikte. Mereka juga adalah korban. Korban yang bertugas menjaring korban-korban baru!

 

 

Membaca status itu, saya jadi teringat seseorang yang saya temui online di tahun 1999, seseorang yang saat itu saya akui sebagai 'my online boyfriend' (meski dia sendiri kurang suka dengan istilah 'boy' karena dia merasa sudah dewasa, lol, he was 47 years back then). 'Cuma' online boyfriend ya gaes, karena sampai hubungan kami ended, kami berdua tidak pernah bertemu fisik. Sebut saja namanya Rick, singkatan dari Richard, dia tinggal di CA.

 

Semua bermula dari diskusi kita tentang poligami. Saya -- yang masih berada di bawah 'bayang-bayang' dogma agama Islam -- tentu percaya bahwa poligami itu diperbolehkan dalam agama Islam demi kebaikan bersama, baik laki-laki maupun perempuan.  Saya berusaha menjelaskan pada Rick mengapa dalam agama Islam poligami diperbolehkan, Rick -- saya tidak tahu apakah dia beragama atau tidak, apakah dia ke gereja atau ke tempat peribadatan yang lain atau tidak -- tentu mencoba mematahkan keyakinan saya bahwa poligami itu satu hal yang 'acceptable' dan baik-baik saja. Apakah saya begitu saja setuju dengan 'ocehan' Rick waktu itu? hoho, tentu tidak semudah itu, Ferguso. 😝

 


 

Dari topik poligami ini, kami berbincang tentang banyak hal lagi yang kalau saya ingat-ingat sekarang justru malah menunjukkan betapa culunnya saya, lol. Makanya, satu kali Rick bilang, "there is an intellectual gap between us." hahaha …

 

Itulah sebabnya setelah saya belajar tentang feminisme, yang kemudian membawa pengalaman spiritual saya menuju sekularisme, dan berlanjut ke agnotisme, kadang saya kepengen 'ketemu' Rick lagi dan berbincang dengannya. Well, harapan saya dia baik-baik saja, dan bahagia dalam hidupnya.

 

PT56 12.36 20.03.2023 

 

Perhaps you will find this writing and that writing of mine interesting to read. :) 

 

No comments: