Search

Saturday, June 09, 2018

P an t a i



"Kamu pernah dengar ga orangtua zaman dulu biasa mengajak anak balitanya ke pantai / laut jika si anak sakit batuk ga sembuh-sembuh? Konon jika si anak dimandikan di air laut di pagi hari, batuknya akan segera pergi, dan si anak sehat kembali," tanyaku pada Ranz.

Pagi itu kita sedang duduk-duduk di pinggir pantai Marina, sambil memandang keriaan anak-anak yang sedang bermain air. Sebagian bermain-main sendiri, sebagian lain bermain dengan orangtuanya masing-masing.

Mendengar pertanyaanku, Ranz pun menoleh padaku, dengan mimik wajah heran.

"Belum pernah. Tapi, beneran tuh kemudian batuknya hilang setelah dibawa ke pantai?" tanyanya balik.

"Seingatku sih iya; baik berdasarkan pengalaman pribadiku waktu masih kecil, maupun ketika Angie, anakku, masih kecil," jawabku, sedikit heran ternyata tidak semua orang pernah mendengar mitos air laut maupun udara laut yang bisa menyembuhkan batuk.

"Bagaimana orangtuaku akan mengajariku tentang hal ini ya lha wong kita hidup di Solo, yang jauh dari pantai?"

"Ah ... iya! Mungkin karena kalian hidup di kota yang jauh dari pantai maka tidak ada perbincangan maupun praktek membawa anak-anak yang sedang sakit batuk ke pantai!" jawabku riang.

Aku pikir apakah hanya orang-orang Semarang saja yang percaya bahwa hawa laut bagus untuk kesehatan. Tapi kemudian aku berpikir lagi, mungkin bukan orang Semarang, melainkan karena kedua orangtuaku dari Gorontalo yang juga terletak tak jauh dari pinggir laut.

Ketika aku share paragraf pertama di atas di akun facebook-ku, ada beberapa komen yang masuk. Satu komen menyatakan kesetujuan; waktu anak-anaknya kecil batuk, dia bawa mereka ke pantai. FYI, dia saat ini tinggal di Semarang, (meski pernah tinggal di Jakarta), jadi kemungkinan bahwa mitos hawa laut bagus buat yang sedang sakit batuk pun dia dengar. :) Satu komen lain menyatakan bahwa air laut yang mengandung banyak mineral bagus untuk tubuh kita.

Nah! :)

Waktu aku kecil, aku ingat kedua orangtuaku kadang membawaku dan kakakku ke laut, dan membiarkan kita berdua mandi di air laut. Tentu aku tidak ingat apakah sekian dekade lalu air laut di kota Semarang cukup bersih dan jernih sehingga layak untuk mandi. Waktu Angie kecil dan sakit batuk, aku pun membawanya ke pantai. Namun aku tidak punya hati untuk menceburkannya ke air karena pantai-pantai kota Semarang tak lagi memiliki air yang layak untuk dipakai berenang. hihihi ... Aku hanya mengusap ubun-ubunnya dengan air laut yang kuambil dengan tangan.

Semenjak aku punya waktu yang cukup luang di pagi hari, terkadang aku sepedaan ke pantai. Aku sering melihat orang-orang yang membawa balitanya (bahkan kadang batita) ke pantai, kemudian dia bawa ke air. Balita-batita itu diceburkan ke dalam air, tentu orangtuanya pun juga menceburkan diri ke dalam air. Biasanya anak-anak itu akan menjerit kegirangan, dan tertawa-tawa. Karena aku terbiasa dengan mitos bahwa air laut / hawa laut bagus untuk anak-anak yang sedang sakit batuk, itu adalah pemandangan yang selalu kucari jika pagi-pagi aku ke pantai untuk menjaring foto sunrise. :) Hmmm ... bahkan di era milenial ini, masih banyak orang yang melakukan hal ini. Akankah aku melakukannya pada cucuku kelak? hihihi ...

Kembali ke status facebook-ku, ada dua komentar yang sama dengan yang dikatakan oleh Ranz : mereka lahir dan besar di kaki gunung, dan jauh dari laut, sehingga mereka tidak pernah mendengar tentang mitos ini. :) Ya masuk akal sih :D

IB 09.09 09062018


No comments: