Search

Wednesday, February 14, 2018

B a p e r


Baper

foto diambil dari sini

Beberapa tulisan saya (atau mungkin banyak ya? Kekekekeke ...) terwujud karena baper. Ada yang saya tulis di akhir postingan bahwa saya menulis artikel itu karena baper, lol, namun lebih banyak lagi yang tidak saya tandai bahwa saya baper. LOL.
Nah, barusan saya membaca satu status di satu grup sepeda, “gowesku gowes sehat, bukan gowes cari jauhnya ... cari pujiannya ... setuju ...” Dan saya langsung merasa terhibur, karena saya langsung tertawa terbahak-bahak, tapi juga sekaligus baper. Gowes yang tidak sehat itu gowes yang seperti apa dong? Lol. Dan kategori gowes jauh itu seberapa jauh? Gowes seperti apa yang dikategorikan agar dipuji orang? wakakakakaka ...


Jadi ingat beberapa tahun yang lalu, ngobrol dengan seorang kawan sepeda yang tinggal di daerah Jakarta. Satu hari Minggu dia bersepeda di kawasan car free day. Seperti biasa, jika kita bersepeda di kawasan CFD, dan bertemu dengan kawan sepedaan yang lain, kita bakal berhenti, dan ngobrol. Nah, saat itu, dia melihat orang yang datang ke kawasan situ, naik mobil (mungkin lewat sejenis jalan sempit/gang ya?), memarkir mobilnya di satu tempat, kemudian keluar dari mobil membawa sepeda lipat yang terkenal mahal harganya. Beberapa saat kemudian, seseorang lain datang, naik mobil, parkir di tempat yang tidak jauh dari situ, mengeluarkan sepeda lipat jenis sama. Seseorang yang datang belakangan ini kemudian nyamperin temannya yang datang terlebih dahulu. Lantas mereka terlihat ngobrol.

diambil dari link ini

Komentar kawan saya yang melihatnya, dua orang itu terlihat asyik berdua, tidak menyapa pesepeda-pesepeda lain yang juga ada di lokasi yang sama. Mungkin mereka merasa kasta mereka lebih tinggi dibanding yang lain, apalagi yang lain “hanya” naik sepeda yang harganya jauuuuh di bawah sepeda lipat import tersebut.

Setelah sekian waktu berlalu, dua orang itu berpisah, masing-masing kembali ke mobil mereka, melipat sepeda, memasukkannya ke dalam mobil, kemudian pergi.
Apa itu yang dikategorikan tidak sehat ya? Lha sepedanya Cuma buat pajangan? Tidak untuk dinaiki? Agar bisa dikategorikan “gowes sehat” ya minimal naiki lah sepedanya barang 5 – 10 kilometer. Hihihi ... padahal jarak 10 kilometer itu bagi mereka yang tidak biasa bersepeda ya jarak yang super jauh. (pertama kali ngikut funbike dengan jarak sekitar 10 kilometer, sorenya saya klenger je. LOL.)

di ketinggian 1200 mdpl

Gowes cari pujian itu apalagi coba? Ada orang yang merasa bersepeda kalau tidak menapaki tanjakan tidak merasa mantap, ada yang nanjak secukupnya, namun juga ada yang merasa perlu nanjak sampai ratusan bahkan mencapai seribu meter dpl. Apakah mereka mencari pujian? Belum tentu. Itu kan tergantung kebutuhan masing-masing orang.

Saya merasa butuh bersepeda antar kota (jika memungkinkan juga antar propinsi) bukan karena ingin dipuji, tapi itu berurusan dengan kepuasan batin je. Selelah apa pun, seklenger apa pun setelah bersepeda, jika hati senang melakukannya (dan tahu diri batas2 yang kita miliki), what is wrong with that?

Sebenarnya saya pingin nulis lebih panjang lagi, tapi entar ketahuan betapa saya  baper setengah mati, dan kurang kerjaan sekali. Kekekekeke ...

LG 15.45 14/02/2018

No comments: