Search

Wednesday, June 07, 2017

Antara Afi, Mita, dan aku

Antara Afi, Mita, dan aku

Tentunya sudah pada tahu kan bahwa tak lama setelah nama Afi menjulang tinggi, dia diterpa tuduhan plagiat. Tulisannya yang berjudul “Belas Kasih dalam Agama Kita” dituduh merupakan hasil copas – tanpa menyertakan nama penulis asli – dari seorang facebooker bernama Mita Handayani. Jika engkau se’addicted’ aku pada facebook dan memiliki ‘list of friends’ setipe denganku, pastilah (pernah) tahu nama Mita Handayani yang status-statusnya banyak diviralkan para facebooker lain.

gambar diambil dari sini

Aku beberapa kali membaca status Mita yang diviralkan, sebagian besar – jika aku tidak salah ingat – tidak menawarkan hal-hal yang baru menurutku. Ide-idenya sudah lama kubaca/kuketahui dari sumber lain. Entah tentang spiritualisme / agama, entah tentang kesetaraan jender, dll. Aku sendiri tidak berteman dengan Mita, juga tidak ‘follow’ status-statusnya. Jadi, jika aku pernah membaca statusnya, ini karena seseorang dalam ‘list of friends’ku membaginya di dindingnya.

Waktu pertama kali membaca status Mita yang dibagikan seseorang, (maafkan jika aku sudah lupa tentang apa), aku mengangguk-angguk setuju, karena satu hal, idenya sudah lama kuketahui. Mita hanya mengolah data yang dia terima entah dari mana, kemudian dia tuliskan di dinding facebooknya. Just that. Nothing new. Nothing special. Itu sebab aku tidak berpikir untuk mem-follow-nya.

‘Geger’ bahwa si remaja Banyuwangi ini ternyata dituduh menyalin status Mita – dengan hanya sedikit mengganti beberapa kata – membuatku (baru) sadar (better late than never kan yaaa? :D ) bahwa ternyata Mita Handayani ini hanyalah berupa akun ‘anonymous’, tidak ketahuan siapa di balik akun ini. Tulisan-tulisannya memang banyak menginspirasi orang, namun publik tidak pernah tahu jati diri facebooker Mita Handayani ini siapa sebenarnya. Kenyataan ini-lah yang justru membuatku terperangah. WOW!
 
gambar diambil dari sini

Ide-ide yang diucapkan oleh Afi dalam 2 talkshow yang kutonton di youtube – di Fakultas Fisipol UGM dan di acara Rossie Silalahi di Kompas TV – tentang mayoritas versus minoritas, tentang agama yang dia yakini ‘hanyalah’ warisan, adalah hal-hal yang sangat membuatku bergairah menulis di blog sekitar 10 tahun yang lalu. ‘Kerajinan’ku menulis di blog (dalam Bahasa Inggris) pun menarik seorang blogger bernama Fatih Syuhud (yang tidak kukenal secara pribadi, hingga sekarang) untuk dia masukkan dalam ‘featured blogger’ dalam web-nya. Satu syarat yang disertakan oleh Fatih Syuhud – untuk bisa masuk kedalam ‘featured blogger’ adalah si blogger bukan seorang anonymous.

Nama ‘Mita Handayani’ sebenarnya nama yang ‘sangat manusia’ LOL (bandingkan dengan nama-nama yang tak masuk akal, seperti ‘kamu itu ngangenin’, ‘aku chayank kamu celamanya’. LOL. Namun toh, Mita Handayani tetaplah sebangsa robot. LOL. Nobody knows her background, her real identity.

gambar diambil dari sini

Terus terang, jika aku mampu (dan berani) menulis status-status yang bakal kemudian diviralkan orang sampai ratusan bahkan ribuan kali, aku inginnya pribadi seorang Nana Podungge juga ikut terkenal (atau tercemar yak?) dong. LOL. Namun, kalau dipikir-pikir, bakal dibully para haters seperti Afi, wahhh ... apa mending seperti Mita saja ya? Kekekekekeke ...

Sekian tahun lalu mungkin aku masih suka melibatkan diri dalam debat-debat ga penting tentang spiritualitas / agama di grup-grup facebook tertentu. Ga bakal bisa makan enak apalagi tidur nyenyak jika telah terlibat dalam satu ‘ide’ andai aku merasa belum mampu meyakinkah ‘lawan’ debatku.

Tahun-tahun sebelumnya lagi – saat mailing list alias milis masih sangat marak – aku punya energi yang jauh lebih besar lagi. LOL. Aku bergabung dengan banyak milis, berdebat dengan banyak orang, sedih kala merasa aku gagal ‘save’ seseorang dari cara berpikirnya yang salah (menurutku), LOL, bersuka cita mana kala aku merasa ‘menang’. Heran, aku punya begitu banyak energi dan waktu luang dari mana yak? (yang pasti, tahun-tahun ini, aku belum bersepeda. LOL.)

Sekarang, aku jauh lebih tenang dan ‘damai’ dengan diri sendiri. LOL. Aku akan berbagi pengalaman hidupku – entah dalam spiritualisme, kesetaraan jender, pengalaman hidup, dll – dengan orang-orang yang ada di sekitarku (saja). Aku merasa sudah cukup berbagi cerita-cerita kala bersepeda. Tak perlu lagi ‘menantang’ debat ini itu itu ini.

Di akhir tulisan, aku kembali ingin meng-applause Afi atas keberaniannya berbagi hal-hal yang ternyata masih dianggap tabu (misal ‘agama itu warisan’) meski dengan nama yang tidak asli, namun seorang Asa Firda Inayah memang benar-benar ada; dia berani membagikan ide-ide yang dianggap kontroversial di saat kehidupan di Indonesia tercarut marut masalah mayoritas – minoritas, pribumi – non pribumi, dlsb. 10 tahun yang lalu, (saat aku berenergi penuh menulis tentang hal ini di blog), situasi di Indonesia belum separah sekarang, plus sosial media belum semudah sekarang diakses orang dengan teknologi android yang mempermudah going online.

Teruslah membaca dan menulis Afi. Teruslah menginspirasi.

LG 14.04 06 Juni 2017



No comments: