Search

Thursday, August 18, 2016

(Ng)artis :D

ARTIS?

Mungkin pernah satu kali aku merasa diri “ngartis” ketika mendadak orang-orang di sekitar tempat tinggalku memperhatikan kebiasaan “baru”ku (8 tahun lalu masih baru, sekarang sih sudah delapan tahun berlalu LOL) yakni bersepeda berangkat kerja. Kayaknya aku sudah pernah menulis tentang hal ini, tapi aku lupa, aku posting di blog yang mana. LOL. (Beneran sok ‘ngartis’ yak? Blog aja bejibun. LOL.)

(Hmmm ... you may check this link and that link.)

Tapi apakah aku memang berniat untuk ngartis tatkala pertama kali memutuskan untuk bersepeda ke tempat kerja?

Tentu saja tidak.

foto lawas, masih a newbie lady b2wer :D

Kala pertama kali bersepeda ke tempat kerja, aku merasa itu adalah “tanggung jawab moral” karena mendadak aku menjadi bagian dari satu organisasi pemerhati lingkungan, yakni komunitas B2W Semarang. Jadi anggota organisasi seperti ini masak aku ga mempraktekkannya sendiri : bersepeda ke tempat kerja? Malu lah pada rumput yang bergoyang. LOL. (ga nyambung ya? Biarin deh. LOL.)

Jika kemudian aku menulis apa-apa yang berhubungan dengan sepedaan ya tentu karena aku suka ngeblog. Pertama, sebagai arsip untuk diriku sendiri. Pengingat aku telah ngapain ngapain. Kedua, berhubung aku ketiban sampur “jabatan” sekretaris di awal pembentukan B2W Semarang, ya tentu aku dengan suka cita menuliskan apa-apa yang berhubungan dengan organisasi plus aktifitas bersepeda.

Jika kemudian di tahun 2011 aku “menemukan” soulmate mbolang dengan bersepeda, ya tentulah aku menuliskan kisah mbolang kita kan ya di blog? Untuk kisah dolan bersepeda ini murni hanya untuk arsip untuk diri sendiri. Jika kemudian banyak yang terinspirasi melakukan hal yang sama – dolan dari kota ke kota dengan bersepeda – tentu aku sangat excited karenanya. Karena sebenarnya aku pun terinspirasi mereka-mereka yang melakukan hal ini sebelum aku bertemu Ranz. Ini semacam efek domino, saling menginspirasi, saling mempengaruhi. J Kuanggap ini adalah hal yang positif, jadi ... nothing wrong with this kan? J

otw mbolang ke Tawangmangu, Desember 2011

Di tahun 2013 B2W Semarang melakukan pemilihan ketua baru, karena B2W pusat meminta kita di Semarang untuk melakukan “penyegaran” ini. Alasannya ga perlu kutulis disini ya? Yang pasti, secara pribadi maupun sebagai sekretaris B2W Semarang tahun 2008 – 2013 aku merasa Om Triyono (ketua kedua organisasi) telah cukup berhasil menggaungkan nama “B2W Semarang”; bahwa organisasi bike-to-work ini tidak hanya ada di Jakarta, namun di Semarang pun juga ada.

Voting pemilihan ketua ini menghasilkan om Ariyanto Bjo sebagai ketua B2W Semarang di tahun 2013. Om AB – nama bekennya – memilihku sebagai wakil ketua.

Akan tetapi, hal ini tidak berlangsung lama. Om AB pindah ke Jakarta di tengah tahun itu, karena urusan pekerjaan. Dia menyerahkan tanggung jawab sebagai ketua kepadaku. Aku menolak dengan halus, awalnya, karena dia bilang akan tinggal di Jakarta hanya sampai akhir tahun itu. Kita menunggunya balik ke Semarang saja untuk melakukan hal-hal yang sempat kita rencanakan waktu rapat pengurus awal.

Namun ternyata di awal tahun 2014, Om AB bilang pekerjaannya memaksanya untuk tinggal di Jakarta lebih lama, tanpa kepastian kapan bisa balik ke Semarang. Dengan sedikit memaksa, dia memintaku menerima tampuk ketua B2W Semarang. Secara resmi dia juga mengirim email pengunduran diri pada B2W Pusat.

waktu menghadiri gathering korwil B2W Jateng DIY, Juni 2012

Februari 2014 itu, aku dan Ranz memulai mengadakan gowes malam di hari Jumat terakhir tiap bulan untuk mengkampanyekan penggunaan sepeda sebagai moda transportasi, sekaligus sebagai ajang silaturrahmi para pesepeda kota Semarang. Kita memberi nama event ini segowangi. Ini pun gegara aku ‘disentil’ oleh Om Poetoet (mendagri-nya B2W Pusat) untuk mengadakan kegiatan ini, seperti kota-kota lain. Dengan catatan penyelenggaraannya tertib, tidak menuh-menuhin jalan raya yang mungkin malah membuat pengguna jalan lain ill feel pada para pesepeda. J pokoknya motto SHARE THE ROAD harus terus menerus diusung.

Segowangi memang tidak pernah se’spektakuler’ JLFR (Jogja Last Friday Ride) maupun SLFR (Solo Last Friday Ride) atau ICMR (Indonesia Critical Mass Ride) yang pesertanya bisa mencapai ribuan pesepeda. Namun, bagiku pribadi, aku lebih suka seperti ini, paling banter hanya sekitar 100 pesepeda yang gabung. Jika sampai ribuan orang dan menghasilkan ‘kericuhan’ seperti yang terjadi di Solo, kayaknya aku akan pensiun saja menyelenggarakan segowangi. LOL.

segowangi 1, Februari 2014, bersama Pak Wali, Hendradi

Selain segowangi, beberapa kali kita juga mengadakan TweedRide. Event ini bisa dikatakan sebagai kampanye bike to work, karena kita bersepeda dengan mengenakan busana resmi, seperti ketika kita berangkat bekerja. Bukan karena aku pingin “ngartis” lhooo, LOL, tapi karena mendapat mandat dari B2W Pusat untuk menyelenggarakan ini. Kalau Jakarta tidak mengadakan, duh, ngapain aku repot-repot yak? Mending juga sepedaan sendiri dengan kawan-kawan yang membuatku nyaman bersepeda bareng, dengan mengenakan baju yang jauh lebih nyaman untuk sepedaan. Mana kontur kota Semarang naik turun gini. LOL.

Lalu ... ketika seseorang ngatain aku “sok ngartis” di bidang sepedaan ini, helloooo ... kira-kira alasannya apa yaaa?

TweedRide 1, Oktober 2014

Hmmm ... mungkin maksudnya aku bukannya “sok ngartis” ... tapi memang dia menganggapku artis. Kekekekeke ... padahal kata “artist” yang diambil dari Bahasa Inggris itu artinya seniman yak? Aku bukan seniman, aku Cuma bersepeda ke kantor, Cuma mbolang naik sepeda. Cuma sepedaan dengan mereka-mereka yang pingin sepedaan bersama-sama. Cuma itu. Ga lebih.

Nothing special with that. J


LG 14.54 18/08/2016 

No comments: