Search

Monday, July 11, 2016

Facebook


Media sosial satu ini memang cukup fenomenal dalam hidupku. Well, jika dibandingkan medsos lain yang (dulu) aku pernah “aktif”; let’s say friendster dan multiply. Friendster tidak (terlalu) terasa mengubah hidupku. Multiply agak mending. Aku sempat kenal dengan seseorang, dan merasa jatuh cinta pada tulisan-tulisannya. LOL.

pic taken from here

Sekitar bulan Maret 2009, aku mulai membuat akun di facebook. Semula hanya berteman dengan teman-teman sepedaan (B2W Semarang awal), para siswa/mantan siswa, rekan kerja, hingga bertemu dengan akun kawan-kawan lama (SMP/SMA). Nothing special tahun itu.

Awal tahun 2010, aku dikenalkan pada orang-orang yang nantinya sedikit banyak mempengaruhi perjalanan spiritual-ku. Yang mengenalkanku pada mereka adalah seseorang yang bisa merasakan keresahanku, merasa terasing di antara para the so-called religious people. Mungkin dia juga merasakan hal yang sama denganku ya? Bedanya adalah, aku berangkat dari keluarga Muslim, dia dari keluarga Nasrani.

Akhirnya aku pun bisa membuat beberapa kategori kawan-kawan facebook-ku.
 (1) siswa/mantan siswa/rekan kerja 
(2) saudara sepupu 
(3) kawan lama 
(4) para pesepeda 
(5) para penggemar puisi 
(6) para ‘spiritualis’. Yang sangat mempengaruhi perjalanan spiritual-ku adalah kategori keenam ini.

Jika di awal sejarah aku “main” di facebook, aku sangat membatasi pertemananku, lama-lama, aku tak lagi ‘strict’ membatasi mereka yang “add friend”. Di awal, jumlah “teman” facebook hanya sekian ratus orang, pertengahan tahun 2016 ini jumlahnya berlipat ganda, hingga sekitar 2000 orang. Well, meski tak semua dari mereka aktif berinteraksi denganku. Ada juga akun yang tak lagi aktif. Namun aku malas untuk “bersih-bersih”. Biarkan saja, asal tidak mengganggu.

Nah ... diantara lima kategori itu, lama-lama kurasakan tak semua sepemahaman denganku, terutama di bidang spiritual. Kudapati banyak kawan di kategori empat (pesepeda) (plus kategori2 lain juga) adalah orang yang relijius. Pastinya mereka terganggu postinganku yang (kadang) menyentil relijiusitas. Di awal-awal dulu (tahun 2010-2011) aku masih “punya energi” untuk beradu argumen, akhir-akhir ini aku tak lagi merasa bersedia untuk melakukannya. Kucueki saja jika mereka menulis komen yang “nyolot”. Ujung-ujungnya, yaaahhh ... tinggal menunggu siapa di antara kita yang akan unfriend terlebih dahulu. LOL.

Mereka yang mengirim “add friend” padaku, dengan “mutual friend” kebanyakan masuk kategori enam (para spiritualis) adalah kategori paling aman. LOL. Mereka tidak akan pernah berkontradiksi dengan status-statusku yang kadang menyentil relijiusitas. Tentu saja mereka tidak akan terganggu dengan postinganku yang tentang sepeda.

Inilah sebabnya aku sering enggan confirm mereka yang mengirim “add friend” setelah kulihat “mutual friend” kita kebanyakan kawan sepedaan. Jika mereka ternyata (super) relijius, bukan kawan yang kudapat, malah sebaliknya, musuh. LOL.

Bagaimana pengalamanmu dalam bermedia sosial, kawan? J


PT56 11.50 09/07/2016 

P.S.:

(1) Ternyata aku sudah pernah menulis tentang facebook, klik link ini ya? :)

(2) Check this link for my explanation how social medias (especially facebook) influence my spiritual journey 

No comments: