Search

Thursday, November 12, 2015

New Paradise Club

Paradise Club hari kedua. Aku baru ngeh kalau sekarang fitness center ini menambahi embel-embel NEW di depan namanya. Uhhh ...

Seperti kemarin, Rabu 11 November 2015 di hari pertama, hari ini aku sampai di PC (atau NPC) sekitar pukul 07.20. Tak lama kemudian erobik pun mulai. Instruktur hari ini nampaknya juga baru, karena sebelum memulai, dia bertanya, "Menghadap ke arah mana?" FYI, ruangan yang khusus digunakan untuk erobik ini lumayan luas, mungkin sekitar 5 x 7 meter. Di dua sisi terpasang kaca/cermin. Dipasangnya cermin di dua sisi ini memang kadang membuat instruktur baru bingung ke arah mana biasanya erobik dilaksanakan.

Jika di hari pertama kemarin, instruktur full menggunakan waktu untuk low impact - high impact aerobic selama kurang lebih 50 menit, hari ini aerobic hanya memakan waktu kurang lebih 30 menit. Sisanya digunakan untuk 'body language' dan 'dance'.

Usai erobic, aku tidak buru-buru pulang. Aku melihat-lihat peralatan untuk nge-gym, berusaha mengenali (lagi) alat-alat yang dulu kupakai, dan ... melihat-lihat kolam renang. Awalnya sih untuk mengintai satu tempat dimana dulu aku suka nongkrong, menikmati me-time seusai erobik maupun berenang, dan patah hati setelah mendapati bahwa tempat yang nyaman itu tak ada lagi. :( Sebagai ganti, di sudut situ telah dibangun kolam renang baru, disediakan juga tempat anak-anak bermain luncuran. Oh ... mungkin ini sebabnya pihak mengelola menggunakan kata NEW  di depan Paradise Club. Baiklaahhh :)

Oh ya, aku sempat bermain sepeda statis selama 10 menit, sepeda statis yang sama yang dulu sering kupakai juga. :)

IB180 20.33 12/11/2015

Wednesday, November 11, 2015

Paradise Club, I am back!

Tadi pagi, Rabu 11 November 2015, waktu mendaftar menjadi member PC (lagi! setelah 7 tahun berlalu!) aku mendengar percakapan bahwa aerobic instructor yang biasanya sedang berhalangan, sehingga diganti oleh orang lain. Aku mendengar dua orang komplain sehingga ogah ikutan.

Aku ingat, duluuuuu zaman aku masih aktif di PC, aku pun sering merasakan hal yang sama. LOL. Jika instruktur kesayangan tidak hadir, sang pengganti biasanya dianggap kurang 'mumpuni', maka bakal banyak member yang langsung ngacir dari ruang erobik, dan ganti nge-gym. Biasanya para member yang telah cukup lama latihan disana, mereka menyukai instruktur yang gerakannya sangat dinamik, bukan yang klemar-klemer. :)

Tadi pagi waktu mendengar dua orang komplain itu, aku geli dalam hati. "I used to be like that too ..." Tapi kali ini, tentu aku lebih memilih ikut erobik, dari pada nge-gym., dengan alasan (1) Sudah lama ga erobik, aku tentu belum bisa merasakan bedanya gerakan yang super dinamik dan biasa-biasa saja (untuk menghindari penggunaan kata 'klemar-klemer' lol). (2) Aku belum siap jika tubuhku mendadak harus ngilu dan pegal disana-sini gegara tiba-tiba nge-gym. Biasa, awal nge-gym kan begitu dampaknya. :)

So? How was the (new) instructor this morning?

She was terrific! Gerakannya super lincah dan dinamik! Bahkan mungkin terlalu kreatif menginstruksikan perpaduan gerakan-gerakan sehingga butuh waktu untuk mengikuti gerakannya (not to mention "menghafalkan gerakannya". :) ) But, anyway, aku merasa 'raporku' kali ini lebih mendingan ketimbang waktu ikut erobik hari Jumat lalu. (Baca link ini.)

In fact, I am not undergoing degeneration. Yet. LOL.

Tblg 20.47 11/11/2015

Bagai makan buah simalakama : hidden paradise



HIDDEN PARADISE 

Terilhami tulisan Radit, meski hal ini sudah lama kudiskusikan dengan Ranz.

Merupakan satu kebiasaan bagiku untuk menulis kisah perjalananku – baik bersepeda maupun tidak – dan mengunggahnya di blog, untuk arsip diri sendiri, in case satu saat nanti aku butuh melihat detil-detil satu peristiwa. Jika kemudian kisah-kisahku itu menginspirasi orang untuk melakukan perjalanan yang sama, terus terang, hal ini adalah satu kebanggaan tersendiri.

Dalam berbagi kisah dan cerita tentang tempat wisata yang kukunjungi adalah hal yang sangat menyenangkan bagiku pribadi hingga aku tak perhah paham jika mendapati orang yang “pamer” satu tempat yang dia kunjungi namun super pelit untuk memberi keterangan. Missal, ketika ada orang bertanya, “Ini dimana?” dijawab, “rahasia”. Lah? Harusnya “konsekuensi” pamer itu ya bakal ditanyain orang, dan seharusnya mau menjawab dong. J (maksa :p)

But I started changing my mind when …

Sekitar satu setengah tahun yang lalu, postinganku tentang bersepeda ke Telaga Madirda yang terletak tak jauh dari Grojogan Sewu maupun Candi Sukuh dimuat di satu situs tour & travel, satu rangkaian dengan postinganku bersepeda ke Candi Cetho dan Candi Sukuh yang kian menjadi destinasi favorit para pesepeda karena trek yang menantang disertai dengan pemandangan menakjubkan sepanjang jalan.

Telaga Madirda, foto dijepret bulan Oktober 2013

Beberapa minggu setelah itu di facebook aku melihat postingan seseorang di Telaga Madirda. Kondisi airnya tak lagi sebening saat aku kesana di bulan Oktober 2013. Entah karena waktu berfoto itu sedang musim hujan sehingga mungkin air di telaga ga sebening di musim kemarau atau karena kian banyak pengunjung telah berdatangan kesana dan mereka tidak peduli dengan kebersihan; missal membuang sampah sembarangan. (FYI, waktu aku kesana juga ada beberapa kelompok remaja yang camping di dekat telaga, dan mereka terlihat tidak menjaga kebersihan lingkungan L )

Dan aku pun gundah.

Apakah sebaiknya kita diam saja bila kita “menemukan” satu lokasi indah – apalagi yang masih perawan – agar dia tetap terjaga “perawan”? kapan kah orang-orang Indonesia merasa sadar bahwa menjaga kebersihan lingkungan adalah tugas kita semua? Agar kita tetap bisa bangga pada destinasi wisata yang kita miliki.

LG 15.29 10/11/2015

Saturday, November 07, 2015

Karakter


ki-ka : Angie, ponakan, aku


Memiliki (hanya) satu anak – plus sama jenis kelaminnya – membuatku kurang banyak memiliki pengalaman dalam menghadapi berbagai jenis karakter anak-anak. Dulu kupikir dengan mengedepankan kasih sayang (missal dengan mengumbar kata sayang) dan berbicara dengan lemah lembut kita akan bisa ‘menaklukkan’ seorang anak dan akan berhasil ‘membesarkannya’ menjadi ‘jenis’ anak yang kita maui.

Honestly, itu adalah pengalaman (satu-satunya) yang kumiliki. Dan kupikir akan selalu berhasil. :D

But in fact I was not really right. LOL.

Keponakanku yang berusia tiga setengah tahun memiliki sifat yang jauh berbeda dengan Angie yang sampai sekarang aku anugerahi anak termanis di dunia. J Mengumbar (kata) sayang dan manis padanya tidak berpengaruh banyak. Keras kepalanya bergeming. LOL. Contoh: dia menaruh tas sekolahnya di atas lantai. Ketika diingatkan bahwa dia tidak boleh menaruh tas di atas lantai, bukan saja karena itu akan membuat kondisi rumah tidak rapi, namun juga bakal membuat neneknya tidak bisa menggerakkan kursi rodanya dengan leluasa, dia cuek saja. :D  Berulang kali diingatkan, dari dengan cara yang manis hingga diomeli panjang lebar oleh mamanya, dia cuek saja.

Apa ada hubungannya dengan rasi bintang seseorang yak? Angie seorang Aries, (sekeras kepala bagaimana pun seorang Aries, seorang Leo akan mampu meredamnya. Hohoho …)  sedangkan keponakanku itu Gemini.

Tapi beberapa bulan yang lalu, Vito – one beloved student of mine – mengatakan bahwa kemungkinan besar karena aku dan Angie bershio sama – kambing – kita berdua akan terus menerus hidup berdampingan dengan damai. Jika pun suatu saat kita ada friksi-friksi kecil, akan dengan sangat mudah kita menyelesaikannya. Ini bisa jadi adalah salah satu sebab mengapa dengan “hanya” mengumbar (kata) sayang ke Angie ketika dia kecil dulu, dia pun tumbuh seperti yang kuharapkan.

Keponakanku itu bershio kelinci. Anak pertama di klan Podungge di Semarang yang berbintang Gemini dan bershio kelinci. Anak yang tidak mudah dijinakkan. LOL. Aku sempat bilang sih ke Angie bahwa sebenarnya sepupunya yang berusia 20 tahun lebih muda darinya itu bakal menjadi “object” yang sangat menarik untuk diteliti dari sudut pandang psikologi. J

Adakah yang memiliki kenalan/saudara/keponakan berbintang Gemini bershio kelinci?

IB 14.32 07/11/2015

Erobik



EROBIK



Sudah sekitar 7 tahun aku tidak pernah erobik, semenjak aku quit dari Paradise Club karena jadual kerja yang tidak memungkinkan.

Hari Jumat 30 Oktober 2015, secara tidak sengaja aku mendapati bahwa di Taman Pandanaran ada penyelenggaraan erobik oleh satu uni swasta yang terletak tak jauh dari situ. Orang umum – yang kebetulan lewat – boleh ikut gabung. Waktu itu aku berkumpul di TamPan bersama beberapa teman untuk menanam mangrove di kawasan pelabuhan Tanjung Mas.

Nah, berbekal dari itulah, hari Jumat 6 November 2015 aku ke TamPan pagi-pagi untuk ikut erobik. Jika hari Jumat sebelumnya aku tidak bisa mengikuti erobik sampai selesai, kali ini aku bisa.

Seperti biasa, erobik dimulai dari pemanasan, diikuti dengan gerakan-gerakan low impact, naik ke high impact, kemudian low impact lagi namun dengan gerakan yang lebih sulit (bagiku yang telah lama ga erobik L ) kutirukan, kemudian pendinginan.

Setelah 7 tahun. Kupikir dengan “keberhasilanku” bersepeda antar kota antar propinsi, ke-fit-an tubuhku tidak berkurang, but in fact I was wrong L pada gerakan low impact di 10 menit terakhir aku agak kesulitan mengikutinya. I was really unhappy with this. Entah karena sudah lama tidak melakukan gerakan-gerakan tersebut, atau aku telah mengalami degenerasi?
(Gawat, dalam beberapa hari aku telah menengarai diriku sendiri mengalami degenerasi! LOL.)
LG 12.16 06/11/2015

*******

Wednesday, November 04, 2015

Kiamat Sosial Media

Beberapa minggu terakhir aku membaca beberapa postingan beberapa facebooker tentang akan datangnya kiamat facebook berkenaan dengan hal-hal yang dirasa tidak lazim di dunia maya. Misal, akan diberlakukan tombol "dislike" di bawah postingan, setelah selama ini hanya ada tombol "like". Tombol "unlike" muncul jika seseorang ingin membatalkan "like" yang sudah terlanjut dipencet. Setelah seseorang mendapatkan "dislike" sekian kali, konon ini akan menjadi pertimbangan pihak admin facebook -- anak buahnya Mark -- untuk menghapus akun seseorang secara permanen.

facebook evolution :)

Selain itu juga akan diberlakukan bahwa setiap akun harus menggunakan nama asli sesuai KTP. Nah lo. Sudah ada sih beberapa teman facebook yang menggunakan nama asli setelah "disemprit" oleh pihak admin facebook. Mengapa mereka mendapatkan "semprit"? Mungkin karena postingannya (dianggap) kontroversial bagi banyak orang dan mereka melaporkannya kepada admin facebook. Walhasil, pihak tertentu itu akan "diskors" oleh facebook, dan ketika akan kembali berinteraksi diharuskan menggunakan nama asli sesuau KTP. Mereka harus men-scan (bahasa Indonesia "scan" apaan ya?) KTP dan mengirimkannya ke pihak admin facebook.

Nah, apakah peraturan menggunakan nama asli sesuai KTP akan diberlakukan kepada semua orang? Bagaimana prosedurnya? Entahlah, aku tidak mau ikut susah-susah memikirkannya. Jika banyak orang yang enggan menggunakan nama asli -- dengan alasan yang berbeda satu dengan yang lain -- mereka tentu lebih memilih meninggalkan facebook. ketiimbang mengikuti peraturan yang dirasa tidak perlu. :)

Menurutku pribadi, orang-orang baik -- entah menggunakan nama asli maupun nama palsu -- mereka akan posting hal-hal yang baik, yang tidak akan merugikan orang lain. Sebaliknya, orang-orang tidak baik, menggunakan nama asli pun akan tetap bullying orang lain. :)

Bagiku pribadi, aku telah mengalami "kiamat sosial media" beberapa kali :) Friendster dan Multiply .Kiamatnya dua sosial media ini toh tidak berpengaruh banyak dalam hidupku. I still survive, tetap menemukan sosial media lain untuk terus narsis dan berinteraksi dengan yang lain. LOL. Kiamatnya FS dan MP jauh-jauh hari telah memberiku sinyal bahwa satu saat nanti facebook yang sekarang masih nampak perkasa ini juga akan mengalami kiamat. Nothing lasts eternal.

Dan ... menghadapi "ancaman" arogansi beberapa oknum akun di facebook tentang "I will kick your ass out from my account if you bla bla bla ..." tentu tidak bermakna apa-apa. Jika saat kiamat facebook tiba, semuanya akan di-kick out dari dunia facebook.

So .. what are you afraid of? :)

CN 11.08 04/11/2015

N.B.:
Gambar diambil dari sini

Ultah Komselis

ultah komselis tahun 2014

2 tahun terakhir – tahun 2014 dan tahun 2015 – event ultah Komselis ternyata bisa menjadi kesempatan bereuni dengan para pesepeda yang di awal pembentukan komunitas B2W Semarang lumayan sering gowes bareng. Well, meski jumlahnya tidak terlalu signifikan, tapi lumayan lah. 

Tahun lalu, pada kesempatan ultah komselis yang kelima, kebetulan oleh panitia memang diberi tajuk “reuni”. Wajah lama yang hadir pada tahun lalu – setelah sekian lama absen pada kesempatan gowes bareng – ada Om Budenk Budianto sang pencetus ide membentuk komselis, ada om Ndaru alias Danoe Oembelan yang dulu sering menjadi pengompor gowes offroad, juga Om Tunggal yang menjadi ketua komselis pertama (tahun 2009 – 2013). Selain mereka bertiga, aku juga berhasil mengajak adikku yang dulu juga menjadi salah satu yang hadir dalam rapat pembentukan komunitas B2W Semarang. Mereka berempat sudah lama tidak ikutan kumpul-kumpul gowes bareng, meski aku yakin di kediaman mereka masihg-masing, mereka tetap bersepeda.

Di ultah komselis yang keenam tahun ini, komselis terlalu sibuk dengan euphoria jamselinas kelima di Solo sehingga tidak sempat merencanakan apa-apa. Namun, di event ultahnya yang diberi tema “komselis gowes a-six” yang penyelenggaraannya bersamaan dengan TweedRide keempat di kota Semarang, lumayan juga Om Budenk hadir lagi. Selain itu, ada Om Boil yang muncul di tengah perjalanan bersama istrinya. Mereka berdua langsung bereunian setelah mungkin bertahun-tahun tidak sempat bertatap muka face to face, tidak hanya melalui media social. Karena penyelenggaraan yang mendadak, kita ga sempat woro-woro agar bisa dihadiri para “veteran” yang lain. LOL.

LG 13.47 03/11/2015


N.B.

Untuk tulisan ultah Komselis tahun 2014 klik disini.

Untuk tulisan ultah Komselis tahun 2015 klik disini.

JUS MELON

hanya sebagai ilustrasi
Bulan-bulan terakhir ini aku sering mengkonsumsi jus melon. Aku membaca di postingan salah satu facebooker jus melon ini bisa untuk mengobati gejala asam urat. Karena aku menengarai aku terkena gejala asam urat inilah aku beralih, dulu aku biasanya minum jus jambu, sekarang ke jus melon.

Aku bukan orang yang “terampil” maka aku tidak membuat jus melon ini sendiri, aku lebih memilih beli. Di kitaran tempat tinggalku, satu porsi jus melon dihargai Rp. 5000,00 – Rp. 6.000,00. Bulan Oktober lalu waktu aku sempat dolah ke Solo, dan sempat beli jus melon, harganya pun sama. (Ini di kios penjual jus yang banyak di pinggir jalan atau di teras satu gerai mini market ya, bukan di supermarket, apalagi restaurant atau mall.)

Sekitar 2 minggu yang lalu, karena terburu-buru berangkat kerja, aku mengabaikan keinginan meminum jus melon ini sehingga tidak mampir ke kios dekat rumah. Ranz yang kebetulan berada di Semarang pingin beli cireng. Sayangnya yang jual ga ada, sedang libur pulang kampong kali. Untuk mengisi perut, Ranz kuajak ke tempat orang jualan gorengan di jalan Indraprasta, tak jauh dari kantor. Ternyata sesampe sana, jualannya sudah habis (sekitar pukul 18.40). waktu melanjutkan perjalanan ke kantor, aku lihat kios yang jualan jus. Aku sudah lama tahu kios ini namun belum pernah mampir. Sore itu kuputuskan mampir untuk membeli satu porsi jus melon.

Setelah selesai, jus melon itu diulurkan kepadaku, aku bertanya, “Berapa mbak?” si penjual menjawab, “sepuluh ribu rupiah.” Bujubune … dua kali lipat harganya disbanding yang di dekat rumah! Mungkin aku sedang pe-em-es – mungkin juga engga, ini hanya sekedar “excuse” ajah LOL – aku langsung ngomel. LOL.
“Kok mahal mbak? Di kampungku aja Cuma limaribu rupiah,” protesku. Sambil pasang wajah garang. LOL. (“You look so scary when you are angry!” kata salah satu siswaku dulu. LOL.)

Si embak yang mungkin ga nyangka aku bakal protes, njawab, “Tapi disini kan beda bu?”

“Bedanya apa?” tanyaku.

“Disini buahnya kita beli tiap hari.” Jawabnya.

“Lho, apa kamu pikir yang jualan jus di dekat rumahku itu buahnya ga baru setiap hari?” tanyaku dengan tetap menggunakan nada menusuk. LOL.

Si penjual diam saja.

Sesampai kantor, karena aku masih kesal, aku bercerita ke teman-teman. Ternyata oh ternyata mereka semua sudah tahu bahwa si penjual jus di ujung jalan Indraprasta itu memang mematok harga tak wajar. Itu sebab yang beli sepi.

Oh ya, aku ingat, memang disitu selalu sepi, ga ada tumpukan antrian orang membeli jus, tidak seperti di kios-kios penjual jus lain. Plus di rak tempat si penjual memajang buah, hanya ada sedikit buah, tidak seperti di tempat lain, yang raknya penuh dengan berbagai macam buah.

“Gapapaaa ... buat pembelajaran aja, lain kali jangan beli jus disitu lagi,” kata Ranz, berusaha meredam emosiku. Aku yang masih emosi, mendengar pernyataan Ranz malah kian emosi. LOL. “Of course I will NOT go there anymore. Do you think I cannot make such a conclusion?” xixixixixi …

LG 14.38 03/11/2015


N.B.:

Gambar diambil dari sini

Pemilik Modal Besar vs Kecil

hanya sebagai ilustrasi

Lebih dari delapan tahun lalu, seorang laki-laki berkata kepada salah satu sahabatku tentang keprihatinannya pada kenyataan “yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin”. Itu sebab dia mengaku tidak suka berbelanja ke supermarket besar. Dia lebih memilih belanja di warung-warung kelontong kecil di sekitar tempat tinggalnya. 

Ketika sobatku itu protes, “Tapi di supermarket harga barang-barang lebih murah ketimbang yang di warung kecil-kecil itu.” Dia menjawab, ya iyalah, semakin besar modal seorang pengusaha, dia bisa belanja barang dalam jumlah besar, kemudian dia jual dengan mengambil untung sedikit demi sedikit. Sedangkan para “pengusaha” warung-warung kecil itu tidak memiliki modal besar, mereka tidak bisa “kulakan” dalam jumlah banyak sekaligus. Otomatis harga barang yang dia jual jatuhnya bakal lebih mahal ketimbang di supermarket besar.

Aku tidak akan pernah lupa perbincangan kita itu. Aku setuju dengan apa yang dipaparkan sobatku tentang yang dikatakan si lelaki tersebut. Namun, aku tetap belanja di supermarket yang tidak kecil di dekat rumah, agar aku tidak terlalu harus membayar mahal dibandingkan jika aku beli di warung-warung kecil.

Kemarin, aku mampir di sebuah kios kecil yang berjualan pulsa, kuota internet yang kumiliki hampir habis. Di kios kecil itu, pulsa perdana s*m*a*i 4 Gb dijual dengan harga Rp. 75.000,00. Kaget aku. Lha sekitar 2 bulan lalu aku beli di kios lain Cuma seharga Rp. 60.000,00. Tanpa babibu, aku langsung ngeloyor pergi sambil berpikir aku akan membelinya di kios yang sama aja. Jika harganya sama, Rp. 75.000,00, mungkin memang sudah naik ya dari sononya.

Tak jauh aku berjalan dari kios kecil yang telah kuhampiri tadi, aku melewati sebuah kios lain, yang dua kali lebih besar, aku bertanya harga produk yang sama, pulsa perdana s*m**i 4 GB, di kios ini ternyata aku mendapatkan harga yang jauh lebih murah, Rp. 62.000,00. Tigabelas ribu rupiah lumayan buat beli juice melon dua kali je. Maka aku membeli di situ.

Otw home, aku teringat perbincangan dengan sobatku lebih dari delapan tahun yang lalu. Maafkan aku, aku belum bisa berpihak pada pedagang kecil. 


LG 13.32 03/11/2015 


N.B.
Gambar diambil dari sini