Search

Friday, December 21, 2012

Insiden 18 Desember 2012



Selasa pagi itu seperti biasa aku terbangun setelah alarm berbunyi pukul 04.30; meski aku tak bisa mengatakan bahwa malam itu aku tidur nyenyak hingga baru terbangun setelah alarm berbunyi. Berulang kali aku terbangun, tanpa tahu penyebabnya, dan tak bisa langsung tertidur kembali. Sehingga ketika alarm berbunyi pukul 04.30, mataku langsung melek lebar.

Keluar dari tempat tidur, aku langsung ke dapur, memulai kegiatan pagi sebelum melakukan kegiatan setiap hari. Aku menyalakan kompor sisi kiri dari kompor merk ri***i untuk memanasi ayam yang diungkep, kemudian ketika akan menyalakan kompor sisi kiri kanan dari kompor merk ki***n, kompor tidak menyala. Sama sekali tidak kudengar aliran gas dari tabung menjalar di selang menuju kompor. Bisa kupastikan bahwa kenop on/off di tabung dimatikan adikku semalam sebelumnya karena sesuatu hal. Maka kunyalakan kenop di tabung itu, kompor kunyalakan, langsung menyala. Dari tabung keluar suara sssssss dan bau khas tabung yang biasa keluar ketika gas di tabung hampir habis.

Sekitar sebulan yang lalu, peristiwa tabung mengeluarkan sssssss dan bau khas seperti ini juga terjadi. Adik bungsuku mematikan kenop, dan aku menyalakan kenop keesokan harinya untuk memakai kompor. Semua berjalan seperti biasa, sampai gas di tabung habis sehingga kompor tak lagi menyala. Saat beli gas tiba. Begitu saja. Peristiwa biasa di rumah tangga.

Berharap peristiwa yang sama seperti sebulan yang lalu bakal terjadi (everything ran well), aku tidak berpikiran apa-apa Selasa 18 Desember 2012 pagi itu. Namun aku tetap waspada. Kurang lebih 5 menit kemudian, aku sedang mencuci beberapa peralatan dapur di 'sink', berjarak kurang lebih 1,25 meter dari tabung, tiba-tiba tabung menyala! Api menyala di tabung dengan ganas! Melihat nyala api yang begitu besar di tabung, aku sadar aku tidak bisa menangani insiden ini sendirian, maka aku langsung berteriak, "Tolong ... tolong ..." Suami adik bungsuku -- mas Ari -- yang sedang di teras rumah, langsung berlari ke belakang, ke dapur untuk melihat apa yang terjadi.

Begitu melihat tabung terbakar, dia langsung mengambil air seember dari kamar mandi untuk diguyurkan ke tabung, aku juga melakukan hal yang sama. Namun bukannya api mengecil, dia malah semakin membara! Angie datang, ikut mengambil air dari kamar mandi untuk diguyurkan ke tabung. Melihat api yang tidak keder dengan air, Angie berinisiatif mengambil handukku -- yang kebetulan memang besar dan tebal -- membasahinya dengan air di kamar mandi, dan memohon ke mas Ari, "Sudah, tidak usah diguyur dengan air lagi, api tidak mau mengecil. Tabung dikerudungi dengan handuk ini saja!"

Mas Ari langsung melempar handuk ke atas tabung. Untung dia melemparnya pas, sehingga hampir seluruh tabung terselubungi handuk, meski di sisi kiri kanan yang tidak terselubungi apir masih saja menyambar-nyambar, juga di bagian bawah. Namun harus diakui, inilah langkah yang paling tepat untuk melokalisir api.

Aku yang merasa sangat bersalah -- karena aku lah yang menyalakan kenop tabung yang telah mengeluarkan bau dan bunyi ssssss sehari sebelumnya -- mengambil handuk lain lagi -- kali ini milik Angie yang lumayan lebar namun tidak setebal handukku -- untuk kukerudungkan di atas handukku, sambil meraba-raba tabung untuk mencari letak kenop on/ff untuk kumatikan. Mungkin karena aku panik, aku tak menemukan kenop itu. Setelah sekian menit mencoba mencari kenop tak juga ketemu, aku menyerah. Aku tutupkan handuk milik Angie di atas handukku, aku masih sempat menarik tabung itu untuk menjauh dari tabung yang satunya lagi, dan memadamkan kenop kompor ki***n.

Mas Ari yang panik melihatku masih di dalam, berteriak-teriak menyuruhku keluar. Teriakan 'tolong ... tolong'nya keras sehingga tetangga-tetangga pun berdatangan. Ada tetangga yang memukul-mukul tiang listrik, untuk memberitahu seluruh warga sekitar bahwa ada bahaya. Ada yang menelpon pemadam kebakaran untuk segera datang. Ada yang mendorong mobil keluar dari garasi, juga empat buah sepeda dan tiga buah sepeda motor.

Sementara itu aku yang tiba-tiba merasa lapar sempat mengambil segenggam kacang bawang untuk kumakan. :-D

Ketika aku keluar, aku dapati tetangga-tetangga sudah ramai berdiri di depan rumah. My mom yang sejak tangannya patah karena terpeleset jatuh beberapa minggu lalu, sudah diselamatkan di rumah tetangga, di atas kursi rodanya. Keponakanku yang berumur satu setengah tahun anteng digendong tetangga, sementara adik bungsuku, Riska, nyokap si bayi, tergeletak (hampir) pingsan.

Aku berpikir dari pada tidak ngapa-ngapain -- usaha memadamkan api gagal -- aku memilih mulai menyelamatkan dokumen-dokumen penting dan baju-baju, dibantu Angie. Lila, adikku juga kulihat melakukan hal yang sama. Beberapa saat kemudian setelah pemadam kebakaran datang, aku baru tahu dari ceritanya kalau Lila dibantu seorang tetangga berusaha memadamkan api yang ternyata setelah kutinggal setelah kuselubungi dua buah handuk mulai mengecil sendiri. Mungkin karena gas di dalam tabung mulai habis. Waktu petugas pemadam kebakaran datang, api sudah kecil. Salah satu dari mereka yang mencabut selang dari tabung, kemudian memberitahu bahwa api sudah padam.

Thank god.

Rasa lega pun melingkupi hati kami, tentu juga para tetangga sehingga api tidak menyambar kemana-mana. Aku menggendong keponakanku sementara Angie membawa barang-barang yang tadi kukeluarkan dari rumah kembali ke rumah, Riska, sudah siuman dan bisa berjalan kembali ke rumah. Lila mendorong kursi roda my mom ke rumah.

Waktu memangku si kecil itulah, aku merasakan kedua kakiku (dari pertengahan betis ke bawah) panas dan perih. Api memang tidak menjilat tubuhku, namun intensitas panasnya yang tinggi tentu mengenai kakiku. (Ini terjadi ketika aku berdiri sangat dekat dengan tabung berusaha mencari kenop on/off untuk mematikannya. Bagian atas tabung telah terselubungi handuk, namun api tetap menyambar keluar di bagian bawah sehingga kakiku yang langsung terkena intensitas panasnya, bukan bagian atas tubuhku.)

Aku menganggapnya biasa saja, hanya butuh waktu panas itu akan menurun sendiri, rasa perih akan hilang sendiri. But Angie didn't agree with me. Dia memaksaku untuk ke klinik dekat rumah. Sayang, klinik tutup.

Waktu aku masuk ke bagian belakang rumah dimana air dimana-mana (aliran dari selang air petugas pemadam kebakaran), kakiku yang terasa panas langsung terasa lebih enakan. Atas saran anak tetangga yang lulusan Akademi Farmasi, aku merendam kakiku di air setelah itu. Memang terasa lebih enak, namun kalau kaki kukeluarkan, maka dia akan terasa panas lagi. Angie tetap memaksaku ke rumah sakit. Finally, I gave in.

Dengan diantar Angie dan mas Ari, aku ke UGD RS TR. This is the very first experience in my life. Fiiiiuuuuhhhh ...Di dalam mobil, Angie menyediakan satu ember yang diisi air setengahnya sehingga aku masih bisa merendam kakiku. Keluar dari air, kakiku memang langsung terasa panas dan perih sekali. Sesampai di UGD,  aku langsung ditangani oleh empat orang perawat, seorang perawat mengukur tekanan darah, yang lain mencatat 'riwayat sakit', misal, apakah aku pernah sakit tertentu, apakah aku alergi obat tertentu, dll. Kemudian mereka membaluri kakiku dengan salep obat luka bakar, dan kemudian membalut kakiku dengan perban. Dokter datang, dan bertanya apa yang kurasakan, sambil meminta dua hari lagi datang untuk kontrol, untuk melepas perban. I felt better afterwards meski kakiku masih terasa perih dan panas. Oh ya, aku juga disuntik oleh seorang perawat. :)

Pulang dari RS, aku terserang kantuk yang amat sangat. Apa di suntikan itu ada obat tidurnya ya? :) Aku langsung masuk kamar tidur untuk berusaha mengistirahatkan tubuh dan mata, meski setiap kali aku memejamkan mata, yang terbayang adalah tabung yang tiba-tiba terbakar dengan api yang berkobar-kobar. Rasanya aku bakal parno nih untuk menyalakan kompor. How to avoid this paranoid? Ya tentu dengan masuk ke dapur, dan menyalakan kompor, dan melihat bahwa everything will be ok this time.

Thanks a million to my beloved Angie for your brilliant idea! (Dia baca dari mana ya untuk 'menjinakkan' api menggunakan handuk basah?)
Thanks a million to mas Ari.
Thanks a million to my caring neighbors!
I am terribly sorry for this accident. :'( (for this, my angelic Angie said, "It's ok Mama, kebetulan Mama aja yang menyalakan tabung itu, hal ini akan tetap terjadi pada siapa pun yang menyalakan tabung.)

PT28 18.48 191212

kompor nahas


tabung nahas
handuk penyelamat