Search

Wednesday, March 23, 2011

What is so special between falling in love with writing?

15 APRIL 2011

 
Apa hubungan antara jatuh cinta dan menulis?

Mungkin karena aku memang sudah suka menulis – coret-coret untuk dibaca-baca sendiri – sejak masih duduk di bangku SD, maka aku jelas tidak bisa begitu saja meninggalkan hobby yang jelas-jelas memiliki karakter cathartic as well as relieving ini.

Namun ternyata ada fungsi lain lho dari menulis ini selain sebagai media melepaskan emosi! Menarik perhatian! Especially from the one(s) who have successfully stolen your heart. Ahay!
 
A year ago, due to falling in love, I kinda became like a poet, enthusiastically spent much time to write poems, not to attract his attention, but just to expose my feelings toward him. (So, it is very right when ‘wise‘ people say that falling in love can make people poet! LOL.) in order to get more ideas to write poems, I bought more books containing collection of poems. I also made friend with some well-known poets on FB and got to know other people who love scribbling poems ) who perhaps dream to be well-known poets too).

So absorbed was I that I even almost left my main interest when starting blogging in the beginning of 2006: writing about women, gender equality and that kinda stuff, plus spirituality. I spent most of my time focusing on how to scribble poetic writings until ...


There .... that awesome guy came to my life again; the one that made me update status like this:
my second impression on you, amory?
I accidentally fell for you!
unexpectedly?
perhaps NO
just
high time
^_^

However, this time, I didn’t even become more absorbed in writing love poems. When he said to me, “Wah, what a perfect way of thinking: a teacher who is a feminist like you write comment on my post on this ridiculous local regulation on virginity testing for female students to be accepted at one institution.”

Dan begitulah. Mendadak aku menjadi malu pada diri sendiri. . Gara-gara nulis puisi melankolis narsis gombalis mulu.

Of course I cannot fully leave my writing poems either. However, to attract his attention, I seriously spend my time (in the middle of my busy teaching schedule) to write articles again. Any ideas coming to my mind will really make me spare time to write. It is indeed fulfilling in two ways: to express my own anxiety (especially when the writing is directly related to my concern on women’s betterment in this patriarchal culture or spirituality) and ... get his attention. AHAAAAY!!! LOL.

Despite the boredom and sometimes depression at the office (which are usually not directly related to the teaching learning process but other things), writing in the middle of my busy teaching schedule is really really relieving. Moreover when getting his comments. Ups ... wkwkwkwkwkwk ...

I am really NOT an introvert person. Sigh ...

Banaran, 10.46 230311

Tuesday, March 22, 2011

Pengen nulis ...

Pengen banget nulis, tapi kok lagi rada sulit konsentrasi. T_T
Padahal  ada beberapa topik yang menarik yang mampir di otak untuk ditulis ...

Pertama,  tentang fenomena bayi tabung. Kebetulan di lapak sebelah ada seorang  online buddy yang rajin posting tentang segala usaha yang dia tempuh  untuk mendapatkan bayi. Jika kurunut postingannya sampai tahun lalu (she  is a new online buddy of mine) aku menemukan tulisannya tentang setiap  proses yang harus dia jalani. Mulai dari suntikan ini itu, operasi itu  ini, dan lain sebagainya.
Dan mendadak seseorang yang  datang dari negeri antah berantah mengatakan bahwa apa yang dia lakukan  itu HARAM hukumnya. Sontak, postingan yang memang sengaja dibuka oleh  yang menjalani usaha mendapatkan bayi dari teknologi (lumayan) mutakhir  itu pun dibanjiri oleh para pengunjung; mulai dari yang hanya mengamati,  yang ikut bersimpati, sampai sang 'debate freak' (LOL) pun sejak  beberapa hari lalu berkoar-koar menunggu seseorang yang mengatakan  teknologi ini HARAM jika dilaksanakan.

Begitulah.  Setelah si 'culprit' ini muncul, maka diskusi (atau debat) pun berjalan  dengan alot. Bagi para pengamat -- termasuk aku -- diskusi ini amat  sangat informative. Mau tidak mau, para pengunjung, pengamat dkk  terlihat amat sangat berada di posisi si pemilik lapak, dan nampak tak  seorang pun terlihat berada di baris belakang si 'culprit'. And you can  guess, karena aku memberinya nick 'culprit', you must know where I am.  ^_^

Namun mengingat aku sendiri belum secara 'thorough'  mempelajari semua argumen yang ada, aku tidak bisa berbagi banyak di  sini. (NGELES). Memang aku juga merasa tidak pada tempatnya membeberkan  diskusi itu di sini. Kan aku hanya pengamat. Dan si pemilik lapak pun  membatasi postingan itu hanya untuk mereka yang berada di 'network'nya.

Kedua,  sinopsis film yang berjudul WHIP IT! Film yang  disutradari oleh Drew Barrymore ini menyuguhkan kisah seorang remaja  putri berusia 17 tahun, Bliss Cavendar (yang diperankan oleh Ellen Page,  sang tokoh utama dalam film JUNO) yang tidak mau begitu saja menerima  instruksi sang ibu untuk mengikuti beauty pageant alias lomba  ratu-ratuan. Sebaliknya, dia malah mengikuti dorongan hatinya untuk  latihan olahraga yang cukup keras: "the underground world of roller  derby" dimana dia harus tampil aggressive, sangat berkebalikan dengan  sifat yang harus dia tonjolkan kala mengikuti beauty pageant. Tidak  tanggung-tanggung pula waktu dia terpilih menjadi salah satu member HURL  SCOUTS, dia memiliih nick BABE RUTHLESS, si 'bayi yang bengis'. :)


Bagaimanakah cara Bliss meyakinkan orang tuanya --  terutama ibunya -- bahwa dia sama sekali tidak berminat dengan tetek  bengek beauty pageant namun justru olahraga yang aggressive?
Nonton  sendiri ya? ^_^

Ketiga, dua hari lalu  aku barusan nonton EAT, PRAY, LOVE yang ternyata memang jelek ya?  hihihihi ... Tapi aku yakin bukunya tentulah sangat menarik. Namun  mendadak aku jadi terinspirasi untuk melakukan apa yang dilakukan oleh  Liz Gilbert, setelah bercerai, demi untuk menemukan jati dirinya  (ternyata bukan hanya para remaja lho yang masih juga belum menemukan  jati dirinya, sehingga terus menerus melakukan trial and error, LOL) dia  melakukan perjalanan selama satu tahun, ke Italia, India, dan  Indonesia. Tapi duitnya dapet dari mana yak? hihihihi ... (and of course  different from Liz who traveled alone, I would ask Angie to come along  with me).

Melihat pemandangan yang muncul di ketiga  negara itu, hmmm ... aku tetap mengakui betapa negara kita tercinta --  yang di film diwakili oleh Bali -- begitu indah ya? Pertama kali melihat  scenes yang menunjukkan Italia sih oke, (meski kesannya ga jauh beda  dari Kota Lama di daerah Semarang). Tapi kalau tiap hari sepanjang hidup  memandang gedung-gedung kuno mulu, ga ada pemandangan hijau-hijaunya,  duuuhhh ... membosankan pastinya. T_T

Untuk India,  hmmmm ... apa kebetulan yang dishoot di film itu memang yang mengesankan  India sebagai negara dimana banyak penduduknya miskin ya? T_T

Keempat,  jika dalam film (novel) itu, Liz Gilbert berkisah tentang eat, pray,  and love, aku ingin memiliki kisah liburan yang berisi hal-hal yang  kusukai seperti: biking, swimming, eating, reading, writing. Andai aku  bisa full melakukan kelima hal ini dalam waktu minimal satu minggu,  waaaahhhh ... bakal klenger kah aku? hahahahaha ... ah ya, aku ada  hasrat untuk berbike-packing lho, entah kemana, ke Bali atau kemana kek.  Masih nunggu volunteer yang mau nemenin aku dalam suka dan duka.  ELHO??? haghaghaghaghag ... Tentu sambil bawa seli, biar kalo cape bisa  tinggal dilipat dan masuk ke bagasi bus atau naik kereta api.  wakakakakaka ...

Kelima, di lapak sebelah barusan ada  yang upload gambar unik. Lihat aja di bawah ini.
Gambar  ini membuatku melongok postingan lamaku tentang poligami. Aduh  sebenarnya aku sendiri sudah bosen lho dengan topik yang satu ini. Sejak  pertama kali ngeblog di awal tahun 2006, poligami lumayan sering kujadikan topik yang kutulis. Di polygamy ada 13 tulisan (in English), sedangkan di poligami ada dua tulisan (dalam Bahasa Indonesia). Namun ternyata kok tetap saja banyak orang yang otaknya hanya selebar (atau sepanjang?) selangkangannya doang ya? Sedih lah aku ni.

Ide apalagi? ah, udah capek dan ngantuk nih, plus lapar. udah ga bisa mikir lagi. Segini dulu aja yah?

PT28 19.03 220311

Saturday, March 12, 2011

Jogja Attack!


JOGJA ATTACK!

(bukan laporan resmi, hanya catatan pribadi seorang bike to worker).

JOGJA ATTACK! adalah nama ‘event’ yang dipakai oleh para seliers seluruh Indonesia untuk menjadi cikal bakal event yang jauh lebih besar: jambore ‘id foldingbike’ yang diharapkan bakal dihadiri oleh banyak seliers sebagai wakil masing-masing komunitas sepeda lipat yang telah terbentuk di seluruh daerah Indonesia. Sesuai dengan namanya, JOGJA ATTACK! diselenggarakan tanggal 5-6 Maret 2011 di kota Jogja – yang masih tetap merupakan satu bagian negara kesatuan republik Indonesia, jadi kita belum perlu passport apalagi visa untuk berkunjung kesana (ga penting yah? LOL).


Cukup mengejutkan karena panitia mengklaim bahwa event ini dihadiri oleh sekitar 250 orang dari berbagai kota, misal: Jogja – sebagai tuan rumah; Surabaya – konon sebagai pengusul utama diadakannya acara pra jambore id foldingbike di Jogja; Bandung, Bogor, Solo, Tasikmalaya, Bekasi, Jakarta, dan Semarang. Panitia pun juga mengaku ada wakil yang datang dari Bali dan Pontianak.


Acara dimulai dari hari Sabtu pagi 5 Maret 2011 dengan bersepeda ke Imogiri. Sabtu malam ada acara penyambutan para seliers di Jalan Gamelan Lor sekaligus memperkenalkan diri masing-masing komunitas. Acara terakhir pada hari Minggu pagi 6 Maret 2011 yaitu bersepeda ke Borobudur, dengan menyusuri jalan sepanjang pinggiran Selokan Mataram.


Sebagai salah satu peserta dari Semarang yang mengikuti acara ‘hanya’ mulai dari Sabtu malam, aku belum menangkap dengan jelas kapan kira-kira akan diadakan Jamboree id foldingbike.



BERSEPEDA KE BOROBUDUR


Ketika mendapati ‘bersepeda ke Borobudur’ menyusuri pinggiran Selokan Mataram menjadi salah satu agenda, terus terang saja ini menjadi magnet utama bagiku. Jika semula aku berniat ‘berlibur’ ke Jogja pada tanggal 5-6 untuk gowes solo, maka dengan semangat empatlima, aku pun ingin ikut bersepeda ke Borobudur.


Panitia meminta seluruh peserta untuk berkumpul di bunderan UGM pukul 05.00 pagi. Rombongan Semarang yang menginap di hotel Mentana – yang mengkhususkan diri untuk menerima para backpackers, bikers, cyclists, dan terletak tidak jauh dari bunderan UGM – sampai di meeting point pukul 06.00. Namun ternyata JFB – alias Jogja FoldingBike – sang panitia belum nampak disana. LOL. Maka acara berikutnya setelah bernarsis ria di depan tulisan UNIVERSITAS GADJAHMADA, kita mencari sarapan terlebih dahulu. Pada hari Minggu pagi sangatlah mudah mencari sarapan di seputaran UGM karena di sekitar lembah UGM telah menjadi seperti pasar tiban. Berbagai jenis masakan bisa kita temukan untuk sarapan.


Pukul 07.00 kita sudah balik lagi ke meeting point. Sudah lebih banyak peserta yang membuat gerbang masuk UGM itu penuh sesak. Setelah briefing ini itu – misal, yang ada di barisan terdepan adalah JFB, kemudian diikuti oleh ‘Bikeberry’ (nama komunitas selier di Surabaya), Komselis (Semarang), dan yang lain-lain menyusul di belakang; dan kita diberitahu bahwa kita memiliki privilege untuk memasuki kawasan Borobudur dengan membawa sepeda ke dalam dengan membayar tiket Rp 25.000,00 (FYI, biasanya sepeda dilarang masuk karena di dalam pihak manajemen Borobudur menyediakan persewaan sepeda) – akhirnya rombongan berangkat sekitar pukul 07.15.


Perjalanan diawali dengan cuaca yang lumayan mendung sehingga tak perlu khawatir warna kulit bakal menjadi eksotis. Namun ternyata setelah kurang lebih 18 km perjalanan, sang mentari pun menunjukkan keperkasaannya. Dari titik kilometer 18 itu sampai Borobudur kita merasakan hangatnya sinar mentari. Bless us! LOL.


Terbiasa cross country menaiki si Orange – my lovely mountain bike – membuatku merasa perjalanan ke Borobudur sangat menantang karena mengendarai Snow White – my cute folding bike, apalagi saat harus melewati bagian-bagian offroad (dengan batu-batu yang lumayan besar, mengingatkanku pada perjalanan turunan di Banyumeneng setelah melewati Gedung Segitiga Biru) plus tanjakan dan turunan yang lumayan curam. Namun karena banyak peserta yang terlihat tidak terbiasa dengan perjalanan XC offroad, sehingga banyak dari mereka yang TTB di tanjakan, aku jadi merasa ‘aman’ waktu TTB, karena ga bakal ada teman iseng untuk njepret apalagi mengabadikan dalam video. LOL. One thing for sure, tidak ada acara TTB di turunan. (So far, menurut pengalamanku, hanya di Banyumeneng lah aku TTB di turunan. LOL.)



Pemandangan sepanjang perjalanan is awesome! Hamparan sawah menguning dan gunung yang terlihat dari kejauhan. Suasana pedesaan yang damai. Maka tidak heran jika perjalanan makan waktu lama karena para peserta selalu gatal untuk tidak bernarsis ria di hadapan kamera. Di antara teman-teman XC-ers, tentu mereka bakal meledek, “Pura-pura narsis di kamera, padahal mau istirahat tuh, kecapekan.” LOL.


Kita sampai di Borobudur menjelang pukul 11.00. Sambil menunggu para peserta yang masih tertinggal di belakang, kita mengabadikan diri di depan tulisan “Borobudur” sampai bosan. LOL. Kebetulan bertemu dengan kru Metro TV, dimana kita minta tolong salah satu kameraman untuk njepret kita rombongan Semarang. Sama sekali tidak menyangka bahwa para kru Metro TV itu memang menunggu kehadiran para seliers yang nggowes dari Jogja ke Borobudur. Beberapa teman Komselis yang tidak tahu malu mengajak foto bersama sang reporter yang memang manis. LOL. Sang reporter pun nampak asyik-asyik saja diajakin foto bareng. LOL.


Ternyata acara kita disiarkan secara ‘live’ di Metro TV sekitar pukul 12.30.


Dan ternyata kita ga jadi masuk ke pelataran dalam Borobudur. padahal aku sudah berharap berfoto di candi Borobudur sambil bergaya dengan Snow White. Dari obrolan beberapa teman yang terkesan tidak ingin masuk ke dalam “ngapain juga hanya mau lihat tumpukan batu kita disuruh bayar Rp. 25.000,00? Dulu waktu SD juga sudah pernah!” sangat membuaku patah hati. Kok kita sendiri terkesan tidak menghargai peninggalan leluhur kita ya?


Usai acara syuting, panitia memberitahu sebentar lagi dua truck akan datang untuk membawa sepeda plus orangnya balik ke Jogja. Syukurlah, ga usah gowes lagi. (Jadi ingat pengalaman XC onroad pertama ke Kedungjati tahun 2008 lalu. Pulang pergi sekitar 90 km. Namun, track menuju Borobudur jauh lebih menantang dan indah, plus tidak banyak polusi dari kendaraan bermotor).


Kita balik ke UGM sekitar pukul 15.00. Balik ke hotel sekitar pukul 17.00 karena diajakin gowes sang tuan rumah untuk makan di tempat yang lumayan jauh dari penginapan. (GUBRAK!) Balik ke hotel, lapar lagi dah! LOL.

Btw, aku masih mau lagi diajakin gowes ke Borobudur. LOL.

GL 7 09.11

Tuesday, March 08, 2011

COFFEEHOLIC

 


 

Bahwa seorang Nana Podungge adalah seorang coffeholic merupakan satu hal yang dipercaya oleh rekan-rekan kerja juga teman dunia maya yang mungkin kadang bosan membaca statusku yang selalu tentang bercinta dengan kopi, terutama cappuccino. Mereka nampaknya tidak ngeh bahwa tiap kali aku menulis status dengan topik utama cappuccino, aku usahakan untuk menulis yang berbeda, paling tidak diksi yang kupakai berbeda, kadang tema juga berbeda, kadang kuhubungkan dengan someone special, kadang tidak. So, what’s the point pusing meracik dan memilah diksi yang bagaimana ya? Toh, para pembaca status tidak peduli. LOL.

 

Bahwa di laci meja kerjaku penuh dengan kopi juga diketahui oleh rekan kerja plus beberapa siswa yang merasa begitu nyaman denganku sehingga mereka pun membuka laci meja tanpa merasa mereka telah mengganggu my privacy dan mendapati beberapa jenis kopi yang biasa ada di dalam laci: cappuccino merk indo****, kopi 3-in-one rasa originale merk nes****, dan kopi PAS dari merk yang sama, nes****. Aku juga sedia kopi hitam jika sedang kepengen a cup of black strong coffee.

 

Nah, aku sok bingung ketika ada rekan kerja yang bilang, “May I buy your coffee, Miss?” lah, kan aku ga jualan kopi? Aku memiliki persediaan kopi – biasanya untuk keperluan seminggu alias 5 hari kerja – untuk konsumsi diri sendiri. Atau, “May I borrow your coffee, Miss?” tapi kemudian mereka tidak menemukan jenis kopi yang sama yang pernah mereka ‘pinjam’ sehingga waktu akan mengembalikan kopi yang mereka pinjam, mereka memberikan jenis dan rasa kopi yang berbeda. FYI, meskipun aku mengkonsumsi kopi tiap hari, aku bukan penikmat segala jenis kopi. Misal, aku tidak begitu cocok dengan kopi merk nes**** 3-in-one yang rasa cream maupun moccachino. Aku juga tidak bisa menikmati cappuccino buatan pabrik lain, misal good***. Ketika aku menolak pengembalian kopi yang berbeda dari yang mereka pinjam, mereka pun kemudian bertanya, “How much do I owe you, Miss?” aku selalu merasa ga nyaman untuk menyebut harga.

 

Namun, aku juga merasa agak gimanaaa gitu jika kemudian mereka mengatakan, “Can I just come to you anytime I need coffee, Miss? And I don’t need to bother myself to return it?” lah, kalau hanya once in a blue moon, it is fine. Kalau sering? Bakal tekor lah aku. Setiap belanja bulanan, aku sudah ‘menjatah’ diri untuk membeli sekian porsi capppuccino, sekian porsi untuk ‘originale’, sekian yang ‘PAS’ untuk sebulan. Kalau belum sebulan sudah habis, aku harus mampir lagi ke supermarket tempat aku biasa belanja bulanan. REPOT kan???

 

*curcol ga penting*

GL7 11.47 070311

 

More responsibilities ...

31 October 2013, Halloween celebration

 
Mulai minggu ini dua orang rekan kerja mendapatkan tiga bulan cuti melahirkan. Bisa diperkirakan 'akibatnya': guru-guru lain ketiban sampur taking over their classes! Beban mengajar mereka berdua pun dibagi kepada guru-guru lain. Aku sendiri mendapatkan tambahan empat slots (satu slot = 45 menit), dua slots kelas 'SPELLING' di kelas 3, dan dua slots lain kelas Bahasa Indonesia di kelas 9. Plus, aku juga 'terpilih' untuk menjadi homeroom teacher alias wali kelas kelas 5.

(Un) Luckily, tugasku menjadi pseudo teacher dihapuskan. ^_^

Tugas tambahan sebagai wali kelas, kalau pagi harus ngecek siapa yang tidak masuk, siapa yang datang terlambat, kemudian melaporkan ke admin. Tiap hari ngecek ada pengumuman atau tidak yang harus disampaikan kepada orang tua. Jika ada, menuliskannya di 'communication book'. Tiap minggu membuat 'newsletter' yang akan dikirim ke masing-masing orang tua untuk mengetahui perkembangan apa-apa saja yang dipelajari oleh anak-anak mereka. Bentar lagi bakal ribet ngecek progress report yang akan dibagikan pada tanggal 17 Maret dan siap-siap "Parent - Teacher Interview" satu hari setelahnya.

Untuk mata pelajaran SPELLING di kelas 3, ini benar-benar merupakan pengalaman pertama bagiku: teaching spelling subject. Tahun akademik lalu aku mengajar kelas 5, namun mata pelajarannya READING COMPREHENSION.

Hari Senin kemarin waktu masuk di kelas 3, the students warmly greeted me, "Good afternoon, Miss Nana..." Kemudian the homeroom teacher merasa perlu memperkenalkan diriku pada anak-anaknya, dengan menyebut embel-embel, "Miss Nana used to be my teacher. bla bla bla ..." (She was indeed my ex student.) Entah, mengapa tiba-tiba aku menjadi merasa begitu 'senior' sehingga, aku berkomentar, "Ahh ... does it mean I am a grandma?" LOL. Seorang siswa kemudian maju ke depan, sambil berkata, "You are a grand teacher, Miss Nana ..." ohhh ... how sweet he is. LOL.

"So class, believe me, with Miss Nana's experience, you will get much smarter but at the same time you will also have fun to be in her class." tambahan the homeroom teacher, sebelum kemudian dia keluar kelas, karena harus mengajar di kelas lain.

Tak lama kemudian, another boy came forward, dan berbisik kepadaku, "Miss Nana ... I want to be smart. But I don't want to be a teacher!"

LOL. LOL.
PT28 18.44 080311