Search

Saturday, February 28, 2009

Bookworm Cyclist

Tatkala aku merasa seperti orang tersesat di tengah-tengah ‘maze’ Plasa Simpanglima, aku jadi teringat sebuah chat dengan seseorang beberapa tahun lalu. Dia menyebut nama sebuah kafe yang katanya terletak di kawasan CL (konon sekarang sudah tutup). Waktu aku bertanya,
“Tempat apa tuh?”
“Kafe. Masak kamu belum pernah denger?” tanyanya.
“Belum. Emang letaknya dimana?” tanyaku balik.
“Ya ampun, memang kamu belum tahu ya? Itu tempat hang out para youngsters di Semarang.”
“Oh ... ya maklum lah, aku bukan tipe orang yang berhang out ria di kafe. Bagi seorang bookworm sepertiku ini, tentu tempat hang out yang menyenangkan ya toko buku. GM kek, TM kek. Atau perpustakaan, kalo di Jogja sini,” komentarku, ngeles. (I was still living in Jogja at that time.)
Dan tadi siang, aku langsung dizzy melihat begitu banyak orang di Plasa Simpanglima, apalagi tempat itu telah berubah menjadi begitu crowded dengan kotak-kotak kecil penuh dengan para pedagang yang mengais rejeki, dengan berbagai macam dagangan yang ditata mencolok, membuat orang Semarang menjadi semakin konsumtif.
Lah, ngapain si Nana, the aloof bookworm keluyuran di Plasa Simpanglima seorang diri? (Waktu liburan akhir tahun lalu, aku ya ke situ, tapi bareng Angie. She was my guide to walk around the maze and also to find the way out.)
Aku berencana untuk menghadiri rapat gathering MPers yang diadakan di food court lantai 1 Plasa Simpanglima. Sebagai salah satu wakil Komunitas b2w Semarang, aku tetap mengenakan ‘atribut’ bersepeda, helm, celana training, T-shirt, sarung tangan, plus tas punggung b2w. Tapi setelah muter kesana kemari aku tak juga menemukan food court tersebut, dan malu mau nelpon yang mengundangku (aku sengaja melupakan ungkapan ‘malu bertanya sesat di jalan’) karena aku datang sangat terlambat, akhirnya aku pun memutuskan untuk mencari jalan keluar saja. Ini pun lumayan membingungkan bagiku. LOL. Sebagai bukti pada diriku sendiri, “I don’t belong to this crowded and noisy place...”
Setelah mampu keluar dari ‘maze’ tersebut, aku mampir beli choco top, di sebuah fast food restaurant yang terletak di kawasan CL, mencari tempat duduk, untuk kemudian membaca AKAR yang telah beberapa hari ini ngendon di tas. (“Sudah jadi seperti orang Jepang ya, sampai-sampai berjalan pun sambil membaca?” komentar kakakku waktu liburan kemarin aku berkunjung ke Cirebon, tatkala dilihatnya aku sibuk membaca melulu. LOL.)
Pulangnya (si ‘orange’ kuparkirkan di tempat parkir masjid Baiturrahman), aku mampir ke bengkel sepeda. Rem sepeda perlu dibenahi. Minggu besok ada rencana untuk cross country. Nampaknya aku telah ditulari oleh virus sang ‘malaikat penggoda’ LOL untuk mulai menggemari XC. Mungkin aku akan ikut. Or just wait and see.
PT56 23.33 220209

Saturday, February 21, 2009

Threesome

Beberapa tahun lalu aku dan seorang teman—yang cantik jelita—menjamu seorang laki-laki yang khusus terbang ke Semarang dari Jakarta, untuk menemui temanku itu. (Bisa dibayangkan betapa outstandingly pretty this friend of mine is.) Kita makan siang di sebuah food court sebuah mall di Semarang. Aku dan temanku duduk di hadapan sang laki-laki ganteng. Aku tak bisa membayangkan apa yang ada di benaknya tatkala dia ‘harus’ makan di hadapan dua perempuan cantik yang terus menerus memandanginya. LOL. (You know, isengku langsung kumat, mentang-mentang menjadi pihak yang mayoritas. LOL.) Barangkali dia grogi. Barangkali dia senang, kami berdua memberinya kesempatan merasa laksana James Bond. LOL. Barangkali dia merasa ‘honored’ karena tanpa dia sangka sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. LOL.
Yang aku ingat dia sempat minta izin untuk ke toilet beberapa kali. Well, kupikir karena terlalu banyak minum atau apalah begitu. Well, karena peristiwa ini terjadi bulan Agustus 2005, mohon dimengerti kalau aku lupa menu minuman yang kita pesan waktu itu.
Beberapa hari kemudian ...
Aku bercerita kepada seorang temanku, seorang laki-laki, tentang tamu dari Jakarta yang minta izin ke toilet berulang kali dalam rentang waktu kurang lebih dua jam saat kita makan siang bersama.
“Guess what he was feeling, hun?” tanyanya kepadaku.
“Kebelet pipis? Jawabku, innocently. LOL. (Can you imagine a Nana was innocent? Or naive? LOL.)
“He was horny, sitting in front of both of you pretty ladies.”
G-U-B-R-A-K. LOL.

Beberapa minggu kemudian, kejadian ‘threesome’ ini terulang lagi, dua perempuan, dan satu laki-laki. Namun kali ini si laki-laki adalah temanku yang ga kalah gantengnya dengan si tamu yang datang dari Jakarta. Bedanya lagi aku yang memperkenalkan temanku yang laki-laki kepada temanku yang cantik jelita. Sedangkan dalam peristiwa sebelumnya, it was on the way around.
Dalam makan siang itu kita bertiga duduk di sebuah meja yang cukup mungil, sehingga hanya cukup sebuah kursi untuk satu sisi meja. Tidak ada peristiwa dua perempuan duduk bersisian, menghadapi satu orang laki-laki yang duduk di hadapan kita berdua. Aku duduk berdekatan dengan keduanya, sang laki-laki di sebelah kiriku, si perempuan di sebelah kananku. Ini berarti mereka berdua saling berhadapan. Aku tidak berhadapan dengan siapa-siapa. Kursi di depanku kosong.
Guess what happened on that lunch?
Temanku yang cantik jelita itu minta izin ke toilet beberapa kali!! Setelah ke sekian kali, aku bertanya kepada temanku,
“Hun, do you think she is horny?”
LOL. LOL.
LL Tbl 14.08 210209

Bersamamu 2

waktu telah berpihak kepadaku
tatkala kumiliki kesempatan tuk bersamamu
memandangmu dari dekat
mendengar suaramu berkisah
tentang sepeda,
cross country
masa lalumu yang menyakitkan
kesendirian yang kan kau akhiri
tak lama lagi

namun jika semalam
ku tak segera lelap
setelah kupeluk guling dan bantal
di atas empuknya tempat tidur
bukan karena benakku penuh
tentangmu
melainkan karena
nyamuk say!!! *
LOL
LL Tbl 13.40 210209
* Garing ya? LOL. LOL.

Biking in my life

the pic was taken in November 2008, at Maron beach

 

Biking has become a part of my life since July 2008, the time when I joined b2w Semarang community. As far as I remember, I did not really enjoy biking when I was a little, though my dear dad bought me one bike when I was on the fourth grade of elementary school, as a birthday gift. I played to bike around the neighborhood to have fun, to ‘wander’ a bit far from my dwelling place, since my mom did not let the children play far.

 
When attending the first meeting of b2w Semarang, in fact I wanted to refuse the ‘honor’ given to me as the secretary of the ‘organization’ since I realized my aloof character and sometimes a bit awkward with new people. Besides, I did not have much spare time, I was not sure if I would be able to do the responsibilities of a secretary, and I was not sure either if I would be willing to join the biking activities, to leave my ‘little and quiet’ world on Sunday: computer, books, and coffee. I was of opinion that seclusion and writing for blogs would relieve my more than biking around together, or just hanging out together the other members.
But in fact I did not really have a heart to say ‘NO’ when the other members of the ‘organization’ appointed me as the secretary. Besides writing is my cup of tea. Challenge to write what I see and undergo during the meeting or any other activities made me accept the offer. Getting more friends and being more sociable in fact make me think ‘here are my big family’. Ehem...


And biking has become one way to relieve stress, especially due to not having time to do some exercises caused by my hectic schedule for working. I was somewhat exercise freak before I buried myself under my job responsibilities. So it is understandable then if I get a bit depressed because I don’t get enough time to do exercise.

 
LL Tbl 13.30 210209

That incompleteness ...

 

 
“Kita memang tak pernah tahu apa yang dirindukan sampai sesuatu itu tiba di depan mata. Kita tak pernah menyadari ketidaklengkapan hingga bersua dengan kepingan diri yang tersesat dalam ruang waktu. (AKAR, hal. 1)

Antara seorang Nana dengan beberapa kekasihnya:
  • Yang pertama, and the most important adalah kehadiran my Lovely Star dalam hidupku. Tak pernah kuberpikir bahwa hidupku tidaklah akan lengkap tanpanya. (Ehem ... aku ga bermaksud merayu Angie, LOL, but of course she is the biggest blessing I have ever got so far from the Almighty.)
  • Bahwa pendidikan yang kucapai selama ini telah begitu membuatku menjadi seorang Nana yang sekarang ini. I would not be this creature without my education, my own readings, swallowing them, to awaken myself, as well as the bitter experience in my past, complete with my Lovely Star’s existence.
  • My best friends: Yulia, Julie, and Yuli, plus my Abang who have decorated my life. Especially my Abang, with whom I have had lotsa discussion about my being feminist, my being ‘a woman’.
  • Jurnal Perempuan (and some other scientific journals) for supplying worth readings to make me open my eyes and mind.
  • Blogosphere that has provided media for me to express my anxiety, anger, disappointment, unhappiness, love, excitement, including my being narcissistic. LOL.
  • B2w Semarang community that makes me aware that I miss to be a sociable creature, that I am a warm friend, that I am not always aloof and a recluse.


What am I gonna write in this post actually? Well, today I am bringing AKAR inside my backpack and opening it before starting typing this. My eyes directly found the two sentences I typed above, I underlined them with red ink; that is why they were outstandingly seen.

 
However, I am wondering when I happened to read the two sentences for the first time, did I really refer the ‘thing’ to the six items I mentioned above? LOL. I must refer to when I read them for the first time and trying to find out or recollect what or who occupied my mind then.
LL Tbl 13.03 210209

Blind Date

Well, actually it was not really a blind date since this friend of mine has seen my picture on the net. Salahe dewe sok narsis nampang di internet di mana-mana, buka blog di mana-mana, juga posting foto di mana-mana, etc. LOL. But I myself was really in the dark what he looked like.

Teman yang satu ini ketiban sampur kuberi nick ‘si preman’. (FYI, kalo aku curhat ke Abangku about some friends of mine, dia kemudian memberi nick to some of them; such as ‘si miner’ (karena bekerja di a mining company), ‘si ningrat’ (karena mengaku sebagai keluarga kraton Surakarta), ‘si winner’ (karena menjadi a pro chess player and became the winner in some championships), dll. Mengapa temanku yang satu itu diberi nick ‘si preman’ oleh Abang? Pokoknya ada deh latar belakangnya.

Aku pertama kali bertemu ‘si preman’ di bulan September 2005 di dunia maya, cukup lama kan? (Dia sendiri lupa. Namun tentu aku tidak akan pernah lupa. Penyebabnya sangat jelas: aku ujian tesis tanggal 23 Desember 2005, wisuda tanggal 25 Januari 2006. aku berkenalan dengannya tatkala tesisku sudah tinggal selangkah lagi disetujui the second advisor.) Tapi selama lebih dari tiga tahun, kita belum pernah bertemu in person. Dia mengaku lahir di Semarang, but telah meninggalkan Semarang lebih dari 7 tahun.

Sejak pertama kali berkenalan, dia lumayan rajin menelponku. Apalagi kalo ada telpon yang bisa dia pakai gratis, bakal dia menelponku berjam-jam, ga peduli aku capek dan ngantuk. But berhubung dia suka melucu sehingga membuatku tertawa terbahak-bahak, aku ya ga bisa menolak telponnya. Satu hal yang dia kadang sebel padaku, aku ga pernah sekalipun menelpon dia balik. LOL.

“Baru kali ini aku rasanya perlu ngejar-ngejar cewe. Padahal biasanya kalo aku berkenalan dengan cewe, cewe itu yang akan terus menerus menelponku.” Komplainnya. Namun seperti biasa, aku hanya tertawa mendengarnya.

“Itu karena aku merasa tidak perlu menelponmu. Ya ngapain juga aku menelponmu?” aku ngeles, yang membuat dia semakin kesal. LOL.

“Mana ga pernah sms duluan lagi. Selalu inisiatif sms datang dariku,” komplainnya lagi.

Dan seperti tadi, aku pun hanya tertawa. Rasa-rasanya di telingaku suaranya yang tidak merdu itu justru membuatku selalu kepengen tertawa. LOL.

Padahal aku ga merasa dia mengejar-ngejarku dengan telpon-telponnya yang bertubi-tubi di awal kita berkenalan. Semakin lama tentu dia semakin jarang nelpon. Mungkin kapok. LOL. Tapi meski aku ga pernah menelponnya balik, aku selalu ramah kalau ditelpon, karena aku selalu merasa terhibur dengan suara jeleknya. Kalau dia menelponku dengan nomor yang aku ga kenal, aku bertanya, “Ini siapa ya?” dia akan menjawab, “Ngono ya, lali po karo suaraku?” aku akan langsung mengenalinya dan berkata, “Oh, si pemiliki suara jelek! Piye kabare? Wes entuk pacar anyar rung?” LOL.

Sebenarnya setelah kita berkenalan, dia sudah beberapa kali berkunjung ke Semarang, hanya ga pernah menghubungiku, karena sibuk dengan jadualnya sendiri. Dia akan menelponku setelah dia balik ke kota tempat dia bermukim (either Jakarta or Bandung).

“Aku barusan dari Semarang bulan lalu...”

Aku semula cuek aja dengan penuturan itu, paling nanya, “Kok ga menghubungiku?” Namun beberapa minggu lalu waktu dia mengatakan hal yang sama, aku bilang, “Kalo sudah berlalu kunjunganmu ke Semarang, ga perlu lapor ke aku lah. Kenapa kamu ga nelpon untuk bilang kamu bakal ke Semarang tanggal sekian sampai tanggal sekian. SEBELUM kamu ke Semarang. Dan bukannya SETELAH itu.” To my surprise, dia jawab, “Aku akan pindah balik ke Semarang.”

And to my more surprise, semalam, Kamis 19 Februari tahu-tahu dia sms,

“Mau ketemuan ga entar malam? Kalo ga sibuk?”

Weleh, akhirnya aku bakal ketemu si preman toh? LOL. (What will my Abang comment if he knows? “Ternyata dia belum berlalu dari hidupmu toh Nduk?” LOL.)

Waktu dia nanya aku mau ngajak ketemuan di mana, aku ajak dia ke ‘mabes’ b2w Semarang, di Jalan Pahlawan.

“Kita ketemu cuma mau ngobrol-ngobrol atau mau jalan-jalan entar? Aku mumpung ada motor nih.” tanyanya.

“Entar aku datang naik sepeda. FYI, aku gabung komunitas bike to work Semarang sekarang.” jawaban yang ga nyambung? LOL. Ya nyambung sih, cuma terlalu jauh, pake muter dulu sampai ke Jogja, padahal kepengennya ketemuan di Secang. LOL.

Dia tidak menunjukkan surprise waktu membaca smsku itu.

But waktu akhirnya ketemuan (ga jadi di ‘mabes’ tapi di halaman masjid Baiturrahman), dia sempat bengong juga melihatku naik si ‘orange’, mana lengkap dengan helm sepeda. Dia menatapku dari kepala sampai ujung kaki. Imagine: dia datang dengan busana rapi, kemeja hitam, celana jeans warna coklat, sepatu bagus, dan berbau wangi. Aku? di kepala bertengger helm sepeda, T-shirt biru, celana training hitam, tas b2w bertengger di punggung, sepatu kets dan kaos kaki putih. Plus, aku tentu tidak berbau wangi, karena gowes muter-muter, sampai ke Undip (dari Tendean ke Simpanglima terus ke Imam Barjo), tatkala dia bilang akan datang terlambat. I was a bit sweaty.

He did not look like what I imagined. Gimana ya? kayaknya kita ga bisa meninggalkan kemungkinan kira-kira teman baru kita itu seperti apa. Ya kan? Dia pernah bilang bahwa dia ga ganteng juga ga jelek. Biasa aja. But suaranya yang tidak merdu itu langsung kukenali, “This is si preman. Yang selama ini hanya kukenal lewat suara.”

Dan seperti tatkala kita berbincang lewat telpon, ngobrol dengannya selama kurang lebih satu jam pun aku tertawa ngakak melulu. Contoh: waktu dia nawarin aku minuman,

“Kamu doyan teh botol kan Na?”

Aku langsung tertawa. Kalimat yang dia pilih bagiku sangat lucu. LOL.

Sewaktu dia kembali dan membawa dua buah gelas es teh, aku bertanya,

“Katamu teh botol?”

“Botolnya kusimpan di celana.” Jawabnya.

Wakakakakaka ...

Waktu aku mulai menyeruput teh, sambil masih menyimpan tawa, dia bilang,

“Ati-ati, entar kamu keselek.”

Aku ngakak lagi.

Waktu aku mengingatkannya kita berkenalan udah lebih dari tiga tahun, dan dia rada ga percaya, akhirnya dia berkata,

“Ga nyangka ya? Ternyata persahabatan kita telah terjalin begitu lama. Persahabatan yang agung.”

“Agung sopo?” tanyaku.

“Agung Wicaksono,” jawabnya. LOL.

“Bukan Agung Tridjajanto?” tanyaku, menawar.

“Mboh, aku ra kenal.” Celetuknya. LOL. LOL.

Tapi aku sempat rada tersinggung waktu dia menatapku dan sepedaku dengan sorot mata yang tidak percaya, sembari berkata, “Zaman saiki kok yo ono yo sing gelem numpak pit mangkat kerjo?”

“Wah, bukannya di Jakarta banyak?” kataku.

“Aku rung tau weruh Na.” Jawabnya. “Aku ngerti sih istilah bike to work. Tapi sak ngertiku wong-wong ning luar negeri kono. Kok yo gelem men to yo yo ngonthel.”

Aku langsung cemberut dan ngomel, “Bukannya kamu seharusnya appreciate? Para b2wers telah membantu mengurangi polusi udara dan menghemat penggunaan BBM?”

“Lah ya tentu aku appreciate dong Na. Aku belum tentu mau kok nggowes. Cuma aku heran, kok kamu mau melakukannya.”

FYI, dia rada gaptek. LOL. Jadi tentu dia ga pernah ngikutin ‘perkembangan’ dalam hidupku, karena dia tentu ga pernah berkunjung ke blog-blogku, termasuk untuk mengetahui bahwa aku seorang bike-to-worker sekarang. Setiap kali dia menelponku, dia bercerita hal-hal yang ringan dan lucu, yang membuatku tertawa terbahak-bahak. Yang konon selalu membuatnya kepengen menelponku. “Membuat seorang teman berbahagia itu pahalanya banyak loh Na.” Katanya selalu. LOL.

Meskipun dia kuberi nick ‘si preman’ (lebih tepatnya, Abangku yang ‘menemukan’ nick itu untuknya), dia sering bertanya apakah aku sudah shalat, kalau dia menelponku pas jam shalat.

“Jelek-jelek begini, aku ga pernah ninggalin shalat Jumat dan shalat lima kali sehari. Untuk ‘menyeimbangkan’ dosa-dosa yang sering kulakukan,” katanya, gemblung, tapi sok innocent. LOL.

Pernah untuk ‘nasehatnya’ ini kujawab, “Aku super jarang melakukan dosa-dosa seperti yang sering kamu ceritakan kepadaku itu. Atau bahkan hampir tidak pernah. Itu sebabnya ga papa dong kalau aku ga serajin kamu shalatnya?” wakakakaka ...

A friend is a friend. Meski aku bukan selalu merupakan tipe seorang teman yang friendly, tapi dengan beberapa orang tertentu, aku adalah orang yang hangat. Si preman ini salah satu teman yang akan membuatku merasa comfortable.

Dia yang berinisiatif untuk mengakhiri obrolan kita karena dia sudah ga tahan untuk tidak merokok. “Ga enak juga ya hang out dengan orang sehat?” katanya. LOL. “Ga bisa merokok. Kemana-mana naik sepeda.” LOL. LOL. Sebenarnya aku tidak melarangnya merokok, namun lebih dia appreciate me, ketika aku bilang, “Kalau mau merokok, jangan duduk di sampingku, please.”

Di tulisan ini, dengan nyaman aku tetap menyebutnya dengan ‘si preman’. Dengan kegaptekannya, LOL, tentu dia tidak akan membaca postinganku ini. But the same as the way he appreciates me, I also appreciate him, our friendship.

PT56 00.00 210209

Tuesday, February 17, 2009

CNR 6

Tendean
Imam Bonjol
Dr Sutomo
Kariadi
Veteran
Sriwijaya
Peterongan
Pasar kambing
Mrican
Lamper
Majapahit
Bangkong
Mataram
Bubakan
Pemuda
Tendean
Indraprasta
Pusponjolo

All alone
By bike

'what a strong lady...' a workmate said

LOL
(Lupa ya non I have been to Kedungjati,
80 kilometers
Back and forth)

PT56 21.38 170209

CNR 6

Tendean
Imam Bonjol
Dr Sutomo
Kariadi
Veteran
Sriwijaya
Peterongan
Pasar kambing
Mrican
Lamper
Majapahit
Bangkong
Mataram
Bubakan
Pemuda
Tendean
Indraprasta
Pusponjolo

All alone
By bike

'what a strong lady...' a workmate said

LOL
(Lupa ya non I have been to Kedungjati,
80 kilometers
Back and forth)

PT56 21.38 170209

Wednesday, February 04, 2009

Lomba Blog

Dear friends,
Tahu kan ada lomba blog yang bertajuk INTERNET SEHAT AWARD 2009?
Seperti biasa, mumpung ada kesempatan untuk unjuk narsisisme, Nana ikutan dong. :)
Ini dia link ke blog-ku yang baru.

http://nana-podungge.blogspot.com/


Please visit it, and leave comment, will ya?
DItunggu yah?

luv,
Nana Podungge
C-net 21.46 040209

Terenggut

ada yang terenggut
dari sudut hati yang terdalam
saat kita harus berpisah
di ujung pertigaan

(I still wanna be with you)

LL 17.51 020209

Sunday, February 01, 2009

Dan

dan tatkala dia pergi
sepi pun menyeruak ke dalam hati
membuncah ke segala sisi

dan tak sepatah kata pun mampu terucap
hanya ke arah dia menghilang aku menatap

14.00 300806

Kangen

datanglah kepadaku kekasihku
bercintalah denganku
dan lihatkah
betapa aku telah begitu haus
akan tatapan matamu
sentuhanmu
kecupan bibirmu
peluk hangatmu

dan pandanglah
betapa aku telah begitu lelah
menahan damba
menekan asj
memendam tanya
'kapan?'

PT 56 010209