Search

Friday, January 30, 2009

Klisak-klisik 7

Tatkala merindukanmu
Berbaring di sampingku

Tatkala menginginkanmu
Mencumbuku sepenuh kalbu

PT56 22.27 300109

Tuesday, January 27, 2009

Ke Banyumanik

Setelah ‘berhasil menaklukkan’ Banyumeneng (ehem...) dengan menaiki si ‘orange’ (in fact not so standardized bike for XC), aku mulai berpikir untuk mencoba bike to work ke SPB yang terletak di Jalan Gombel Lama. Pertanyaan utama adalah: butuh waktu berapa lama kah aku gowes dari Pusponjolo ke Gombel Lama? Jarak yang ‘hanya’ kurang lebih 8,5 km sebenarnya tidak jauh. Kendala utamanya: ada minimal tiga ‘bukit’ yang harus kulalui: Jalan Gajahmungkur atau Siranda, Gajahmungkur lebih landai dibandingkan Siranda, tapi jalan relatif (mungkin) dua kali lebih panjang; Jalan Sultan Agung, tidak securam Siranda, namun tentu tenagaku telah terkuras tatkala menaiki Siranda; yang terakhir Jalan Teuku Umar, lebih curam dibandingkan Sultan Agung, namun jalan lebih pendek.

Itu sebab aku dengan antusias ikut rombongan b2w ke Banyumanik hari Minggu 25 Januari: untuk mengukur kemampuanku, serta berapa menit kira-kira naik ke ‘kaki bukit’ Gombel dari meeting point SMA 1 Semarang. Bukan semata-mata demi sesuap nasi yang akan disediakan oleh mas Ian, yang mengundang members b2w untuk bertandang ke rumahnya yang baru, namun lebih ke ‘ambisi’ pribadi, untuk kemudian hari mewujudkan obsesi bike to work ke SPB.

Berbeda dengan satu minggu sebelumnya, malam sebelum XC ke Banyumeneng, pukul 20.00, aku sudah mlungker di tempat tidurku yang empuk dan nyaman (meski kemudian sempat terbangun di tengah malam, karena ada sms dari yang sekarang berdomisili di Bali, setelah meninggalkan Qatar, mengabarkan sepedanya telah sampai di Bali, dan dia terkena sindrom kangen Semarang, kangen pit-pitan dengan teman-teman b2w Semarang). Malam sebelum ke Banyumanik, aku masih melek sampai pukul 22.40, menyelesaikan tulisan ‘Women in our Sinetrons’.

Pagi, sebelum berangkat, di meeting point hanya ada orang kurang lebih 12 orang, minus the girls yang katanya mau nanjak lewat Tanah Putih. Eka belum nongol. Untung ada mas Nasir, my patient savior.

Ternyata aku lupa melihat jam tatkala akhirnya rombongan meninggalkan meeting point.

Naik Siranda, aku terpaksa berhenti satu kali, ditemani mas Nasir. Tatkala dilihatnya gear kiri tidak mau kupindah sampai ke nomor 1 (seminggu sebelumnya juga terjadi seperti ini, cuma waktu itu mas Ndaru ‘memberi komando’ (setengah minta tolong sih LOL) ke Bambang RL untuk memperbaikinya). Mas Nasir ga bisa memperbaikinya, mana di tengah tanjakan lagi, hingga akhirnya dia pakai cara manual, dia sentuh dengan mesra rantai sepedaku, dipindah ke gear yang paling ringan. LOL. Setelah itu, dengan sabar dia gowes di sebelahku, sambil kadang-kadang mendorong punggungku (yang menggendong tas b2w kesayanganku) untuk mentransfer tenaga dalam. Cie ... LOL.

Sampai di atas, beristirahat di Taman Diponegoro, dengan alasan menunggu Eka dan Yoni yang sedang menyusul. (Thanks to both of you for your being late, LOL, aku kan jadi lumayan lama istirahatnya. LOL.)

Perjalanan dilanjutkan. Naik Jalan Sultan Agung, slowly but surely I did it.

Naik Jalan Teuku Umar, again, mas Nasir mentransfer tenaga dalamnya lewat sentuhan tangannya ke tas b2w yang nangkring di punggungku. LOL.

Aku jadi ingat obsesiku untuk b2w ke SPB. Nampaknya aku masih butuh latihan menaklukkan Siranda/Gajahmungkur berkali-kali sebelum akhirnya making my obsession come true. 

Berhenti sejenak sebelum masuk ke jalan tol. Di sini rombongan dari meeting point bertemu dengan Ipoet, Maya, dan mas Ndaru. Kemudian kita naik Gombel bersama-sama, namun nyampai di puncak beda-beda. Ya maklum lah.

Jika Ipoet dan Maya mengaku berhenti 7 kali waktu menaiki tanjakan Tanah Putih, aku berhenti 5 kali waktu menaiki Gombel. Istirahat paling lama di RM Panorama. (Adinda Ipoet, jangan lupa aku minta fotonya ya entar, sebagai bukti aku naik Gombel naik sepeda. ) Sepanjang perjalanan naik Gombel, someone wearing white T-shirt (I don’t know his name yet) became my savior, he patiently kept encouraging me and transfering his energy to me.

Sesampai di puncak Gombel, lega, meski belum sepenuhnya, karena perjalanan ke Banyumanik masih lumayan lama.

Setelah sempat tersesat tatkala mencari alamat, rombongan akhirnya tiba di kediaman mas Ian dengan selamat. Disambut dengan dua buah tandan pisang di atas meja, wedang kacang hijau yang hangat, plus mendoan hangat yang lezat. Kita pun mulai relaks, bercanda dan tertawa-tawa. Aku sempat digodain mas Budi Seli, “Wah, sudah bisa tertawa lepas sekarang? Tadi di Gombel wajahnya ditekuk melulu.” LOL.

Hidangan utama: sate lontong.

Bambang RL terpaksa meninggalkan lokasi terlebih dahulu karena dia harus masuk kerja jam 09.00.

Aku lupa melihat jam berapa tatkala kita semua meninggalkan rumah baru mas Ian yang asri. Perjalanan pulang sangat lancar, karena tidak melewati tanjakan yang cukup berarti. Aku pun sangat menikmati turunan beberapa bukit yang sebelumnya kudaki dengan susah payah: Gombel, Teuku Umar, Sultan Agung, dan Gajahmungkur.

I arrived home at 10.20.

(Kapan b2w ke SPB? Entahlah. LOL.)

PT56 22.22 260109

Saturday, January 24, 2009

Working

I am of opinion that I am being sensitive since this is my PMS period. This influenced my mood when having a short chat with someone claiming he loves me.

He asked, "How many schools do you teach now hon?"

I responded, "How many schools do you expect me to work?"

He smiled. Then he answered, "The int'l school and LIA?"

I responded, "Yup. Where else do you expect me to work?"

He smiled.

I said, "I work from 7 am till 7 pm. Do you think I still have extra energy and time to work in another place?"

Hecommented, "I believe you are tough."

I said, "You forced me to be tough."

He asked, "Did I force you to be tough?"

I answered, "By keeping saying I am a tough person, I concluded that way."

He said, "You become sensitive. I am sorry."

I had better go offline, and prepare myself to teach now.

Friends net 08.01 240109 


Ada

ada yang tak mampu kutahan
bila kita berdekatan
meski kita hanya sms-an

(ga ku ku deh say pokoknya
LOL)

SPB 07.27 230109

Tuesday, January 20, 2009

Surrender?


 

 

"I no longer can recognize in you

the innocent Nana I used to know

more than twenty years ago

though I believe

I will always love you

till the end of my time

no matter how much you have changed.."

you whispered to me

adamantly

in one of our not so romantic dinner

several months ago

 

"I am of opinion that

the innocent Nana I love has died

what is left just

a heartless, mean, unloving woman..."

you complained

(eventually?)

 

"who stubbornly said

that would love me

till the end of my life?"

I easily asked you

and silenced were you

 

SPB 13.10 190109

Rayuan

"Cinta ...
aku hanya ingin membuatmu bahagia
hidupmu berhiaskan warna-warni bianglala
dengan segenap cinta
serta seluruh rasa
yang telah ada
lebih dari dua dasawarsa..."
rayumu
berusaha memabukkanku

kau lupa
aku bukan lagi gadis belia
yang dengan polos memandang dunia
serta
aku punya definisi tersendiri
apa arti bahagia
dalam hidupku ini

SPB 12.40 190109

Banyumeneng: and adventure with love

tanjakan curam

berbatu kerikil

turunan tajam

berkelok-kelok

penuh batu-batu besar

jalan setapak licin berlumpur

penuh semak belukar

setinggi manusia

sungai penuh air kotor

berarus deras

teman-teman seperjalanan

yang penuh peduli

perhatian

dan sayang

melegakan

("That's what friends are for, mbak Nana!" LOL)

SPB 08.30 200109

Saturday, January 17, 2009

Klisak-klisik 6

Kiss me good night
Bid me sleep tight
Tell me sweet dream

Since I need a restful sleep
To join the XC tomorrow
To Silent Water

Wish I could drop by to your house
And kidnap you
So that you can join us
No need to go to work

LOL

Especially for the one living on the hill

PT56 00.24 180109

Tuesday, January 13, 2009

Klisak-klisik 4

Malam telah larut
Saat memejamkan mataku
Saat menghadirkanmu dalam anganku
Saat kupeluk engkau dengan sepenuh kalbu
Saat ku memilikimu...

Nite-nite Sugar
Sleep tight

PT56 22.5 130109

Friday, January 09, 2009

Klisak-klisik 3

Teringat engkau
Duduk di hadapanku
Begitu dekat
Namun tak tersentuh
Teringat smsmu semalam
'Let's make our dream come true one day'

Ah...
ASAP ya?
LOL

PT56 22.42 090109

Thursday, January 08, 2009

Budaya Warung Kopi


Bagi pecinta Andrea Hirata yang sudah membaca MARYAMAH KARPOV, buku keempat dari tetralogi LASKAR PELANGI tentu tahu judul postingan ini kuambil dari salah satu mozaik novel terbaru Andrea itu. Di mozaik ke-53, Andrea menulis ada tiga macam budaya besar di warung-warung kopi orang Melayu.

  1. Main catur berlama-lama
  2. Menjelek-jelekkan pemerintah
  3. Bertaruh

Meskipun aku adalah pecinta kopi, aku tidak pernah keluyuran ke warung kopi ataupun cafe yang khusus menjual kopi, yang nampaknya akhir-akhir ini pun mulai merebak di kota kelahiranku. Bahkan beberapa siswaku (yang masih duduk di bangku SMA) mengaku hobi nongkrong di cafe yang khusus menyediakan berbagai jenis minuman kopi dan snack. Kesimpulannya aku pun tidak tahu apakah budaya warung kopi yang disebut oleh Andrea hanya berlaku di Sumatra saja? Kalaupun itu bisa ditemukan di Semarang, apakah hanya di ‘warung tradisional’ saja? Bagaimana dengan ‘cafe’ yang cenderung modern? Menurut pendapatku, orang-orang ‘modern’ cenderung individual dibanding ‘tradisional’ yang masih komunal. Sehingga aku membayangkan orang-orang yang nongkrong di ‘cafe’, tentu akan sibuk sendiri dengan pasangannya atau teman yang datang ke cafe bersama. Agak sulit membayangkan (bagiku) orang-orang datang ke cafe, untuk kemudian ngobrol rame-rame, seluruh isi cafe, untuk, misalnya, menjelek-jelekkan pemerintah. Di WARTEG yang tentu masih memiliki konsep tradisional pun, aku tak lagi melihat kerumunan orang, saling menyapa saat makan bersama. Apalagi main catur, dan lain sebagainya. Semua orang sudah terkena ‘penyakit modern’ yang individualis (termasuk yang nulis ini LOL). Datang, pesan makanan, makan, paling ngobrol dengan teman yang datang bareng, bayar, kemudian pulang. 

Namun, kebetulan aku punya seorang teman yang mencoba terjun menjadi pecatur pro. Dia pernah mengajakku berkunjung ke tempat dia berkumpul dengan orang-orang yang suka main catur juga. Tempat itu bukan warung kopi, melainkan warung nasi goreng. Sembari main catur, orang-orang ngobrol tentang apa saja, tidak hanya menjelek-jelekkan pemerintah, mulai dari gosip sesama teman (aku pernah nyindir, “Ternyata bibir laki-laki sama ‘bocornya’ dengan bibir perempuan. Salah dong kalau orang bilang hanya perempuan yang suka bergosip ria. Laki-laki pun sama saja!”) 

Bagaimana dengan ‘budaya’ bertaruh? Aku tidak tahu. Kalau pun ada, masih berhubungan dengan main catur. Siapa melawan siapa. Siapa bertaruh siapa yang menang. (Atau aku sebaiknya melakukan riset yang lebih lama dan mendalam. LOL. Namun aku ogah jadi korban gosip; karena temanku yang pecatur itu pernah diinterogasi teman-teman pecatur yang tukang gosip itu, “Itu cewekmu yang baru ya?” LOL. Alhasil di salah satu kompetisi catur yang dia ikuti, dia pernah diucapi selamat oleh temannya yang berasal dari luar kota, “Selamat ya? Katanya kamu punya bini baru?” hahahaha ... Nah, hal-hal yang begini ini telah menghalangiku untuk melakukan ‘riset’ sebelum menulis artikel ini. NOTE: ternyata seorang Nana rentan dengan gosip. LOL.)

Bertaruh siapa yang bakal memenangkan pertandingan catur saja, tentu kalah heboh dengan apa yang dikisahkan oleh Andrea, segala macam bisa menjadi biang kerok taruhan di warung kopi Melayu. 

Misal: akankan Ikal berhasil ‘membangkitkan’ perahu lanun yang telah karam selama ratusan tahun ke permukaan sungai Linggang? Dan yang menjadi taruhan tidak hanya uang, segala macam bisa ‘menunggu’ ditaruhkan. (Baca MK sendiri ya kalau pengen tahu lebih lanjut. S-E-R-U pokoknya.)

Nah, talking about ‘taruhan’, aku ingat Abangku yang salah satu hobinya pun taruhan. Taruhan yang aneh-aneh. Aku ‘hampir’ lupa hobinya yang satu ini, gara-gara sudah lama kita ga sempat chat (aku yang sok sibuk dengan jadual kerja. Dia pun super sibuk, but mostly he is available on Sunday, hari aku sepedaan dengan teman-teman, trus mencuci baju kotor segunung, akhirnya aku pun teler, tidur.) Aku ingat hobinya ini tatkala kita sempat chat waktu aku libur akhir tahun kemarin.

Ceritanya begini. Abangku yang sudah lama hobi naik sepeda (sejak tahun 1992), jadi ikut excited waktu tahu aku pun jadi suka sepedaan. Nah, waktu chat, kita pun ngobrolin tentang pernak-pernik sepeda, termasuk kecepatan tatkala naik sepeda, karena berhubungan dengan speedometer, salah satu aksesori sepeda. Mumpung di negara tempat dia mukim sekarang sedang musim panas, dia pun menghabiskan liburannya dengan naik sepeda, selain badminton, tenis. He is really an exercise freak, any kind of sport. Kota tempat dia tinggal memiliki kontur tanah naik turun (kayak Semarang dong Bang), dan dia bisa memacu sepedanya dengan kecepatan 30km perjam, di jalanan naik turun itu. Bahkan kalau dia naik sepeda khusus onroad, dia bisa mencapai kecepatan 40 km perjam, konstan.

“Pertama kali aku ikut fun bike di bulan Juli lalu, aku butuh waktu 1 jam untuk mencapai 12 km Bang. Itu ‘rekor’ yang kubukukan pertama kali.” kataku.

“Ya ga bisa lah Na kalau mau ngalahin aku,” katanya.

“Siapa yang mau ngalahin Abang?” tanyaku.

“Kamu?” tanyanya balik.

“Aku cuma bilang ‘I wanna catch up with you!’ mbarengin Abang, dan bukannya ngalahin. Weks!”
(FYI, kemampuan berbahasa Indo-nya memang merosot tajam, karena terlalu lama tinggal di luar. Hahaha ...)

Chat ini kalau dilanjutkan bakal bisa sampai dia ngajakin aku taruhan. Aku bayangin dia bakal bilang, “Ok. Kalau kamu bisa ngejar aku, kamu mau taruhan apa?” LOL.

Seperti waktu dia tahu aku suka sekali berenang, dan mengaku bisa berenang selama satu jam tanpa berhenti, muterrrrrrrrr melulu.

Paradise Club pool


“Ayo kita taruhan, siapa yang paling lama berenang, dia yang menang!” tantangnya.

Sayangnya kemudian dia baca di blog dimana aku nulis, aku kuat berenang selama dua jam tanpa berhenti. Dia pun langsung kirim sms, “Na! Ga jadi ngajak kamu taruhan siapa yang paling lama berenang. Meskipun aku tentu kuat berenang selama dua jam, nyaingin kamu, ogah ah. Bosen dua jam berenang melulu!” katanya. LOL.

Btw, taruhan apa pun antara kita berdua, ‘hukumannya’ sama aja: dia nraktir aku makan. Hahahaha ... Atau yah ... aku bikinin dia kopi. 

(“Mau taruhan apa lagi Bang?”)

PT56 22.52 070109

Euphoria of TOP TEN BLOGGER

Masih dalam euforia TOP TEN BLOGGER 2008. Ehem ...
 


 

In in the previous post I wrote I was indebted to many bloggers who have given the link to my blog, as well as my blog visitors, absolutely I still have to thank many others.
 

At the first place, my ‘other half’, as my first audience of my writing. I started emailing him regularly in the middle of my writing thesis, especially the whole 2005. When I got stuck, writing him emails was the nice refreshing, starting from merely about ‘being trapped in the rain’, my activities as a college student, Sex and the City, our favorite serial, my trip from Jogja to Semarang by bus where I met a weirdo—for me, until more serious topic, such as my interpretation of THE HOURS movie, that he did not finish reading LOL (“It is boring, darling, I am sorry,” he said apologetically. LOL.), the first article I posted in my first blog (I ‘developed’ it from the email I sent him), life (where I questioned a so-called philosophical rhetoric “What God made this universe for?” I believed he found it boring too), the core of my thesis, about the phenomenon of woman madness in the middle of nineteenth century America, etc. My obligation to myself to read a lot to gather ideas to write more various emails to my ‘other half’ so that he would not get bored when reading my abundant emails. (But still he got bored with the very serious topic. LOL.)

 
Second, my own study at American Studies Graduate Program. The weekly assignments to write papers made me accustomed to write. After graduating, writing became the best medication for my restlessness.

 
Third, my darling Abang that has made me a ‘milder’ feminist.  Our long discussion via thousand word emails has a bit changed me from a somewhat radical feminist to be milder. I myself now sometimes find my writing ‘biting’ and maybe hostile toward men; especially those writings I posted before August 2006 (the time when out of the blue my Abang came into my life, and “offered friendship”, “Hey Na, your writing is awesome. Let us be friend.” LOL.) As one fan of my writing, he keeps supporting me to write. And when I get annoying comment from ‘imbeciles’, he is also the best one to ask for help, to write counter-comment, to ‘defend’ me. (That’s what having an Abang is for, right? LOL.)

 
Next, Fatih Syuhud who has found my blog and featured me as “the blogger of the week”. Until now we have never had any personal greeting to each other. LOL. He himself is a great blogger who is very diligent to write, and also visit many blogs, analyze them one by one, and using his own parameter (well, I don’t know whether there are a group of people behind his activity selecting “the blogger of the week”). I found his feature of my blog fascinating, knowing someone read my posts thoroughly and carefully, and then write about me. It is really fun to know how other people perceive me from reading my blog only. His broad-minded and open-minded characters (to ‘read’ me) have resulted in a post that I love.
 

One local newspaper whose articles (especially about women) often make me upset, signaling that the writers only know the surface of women movement, or the vision of the newspaper is still gender-biased. Because of that, I am triggered to write. (“True women = modern feminist?” is only one example.)
 

People around me—especially workmates, students, neighbors, as well as my family members—who have sometimes inspired me to write a certain issue. Some writings of mine are also sometimes inspired by some discussion in some mailing lists I join.
 

Absolutely I am also grateful to my biggest blessing from God, my Lovely Star. Silently she supports me to spend time to write, the time that sometimes she needs me to lend my ears to her. But as always, she is understanding.
 

And many others I cannot mention one by one.
-- the narcissist Nana –
PT56 23.55 070109

Tuesday, January 06, 2009

No wonder

Ah, no wonder, when checking VIEW MY STATS at http://afeministblog.blogspot.com this morning, especially the link CAME FROM, I found many people coming to my blog from this link: fatihsyuhud.com/2007/09/07/blogger-indonesia-of-the-week-40-nana-podungge/

It must be because Fatih selected me as the highest top ten blogger.
Ayo Na ...N-U-L-I-S maning!!!!!! Utangmu tambah akeh!!! LOL.
(sakjane aku yo heran, kok baru tahun 2008 aku kepilih? padahal aku RAJIN nulis di tahun 2007.)
Fatih, thanks a million. To make me one 'celebrity' of blogging in Indonesia. LOL.

-- Nana --
(yang memang selalu narsis pada tulisan sendiri ... hahahaha ...)

C-Net 21.29 060108

TOP TEN BLOGGER 2008

http://fatihsyuhud.com/2008/12/31/top-ten-blogger-indonesia-2008/

Top Ten Blogger Indonesia 2008

Posted on December 31, 2008
Filed Under Blogger Indonesia, Indonesia, blogging

The essence of blogging, as I put it as a jargon in my Bahasa Indonesia blog, is to culturalize the tradition of writing and reading. Many Indonesians, like those who are from developing or underdeveloped nation, don’t have the habit of writing and reading. They talk a lot. Write and read less. And that’s why, some foreign academicians who come to Indonesia were a bit shocked to find out the lack of reading and writing habit among Indonesians even within the so-called middle class family. The lack of reading naturally would end up in the lack of blog content “charisma”.

There are a few exception, however. Those who can adopt a new positive tradition of modernity–in reading a lot. As a result they write many good articles, creating nice and unique posts and even making an enlightening comments in other blogs.

That’s one reason among others why I’d like to dedicate this year’s Top Ten Blogger Indonesia 2008 specifically to those who consistently make a good content, and no less important, write relatively regularly. A content which is unique and enlightening. By so doing I hope what they have done will be emulated by others especially those bloggers who come later. It’s also my own way to appreciate and encourage those who passionately write good blog articles without worrying or thinking about traffics. A good content blog may not make a big traffic, and thus, a big impact in a short term, but certainly they will in a long shot.

Blogs has grown rapidly in Indonesia. Ten or even hundreds of blogs are born everyday. They start blogging for various reasons. Either way they are an asset to make the tradition of writing and reading blossom in the unlikely place like Indonesia in which the middle class hobby and dream is nothing but to have a nice house, fancy cars and the collection of Chinese old ceramic instead of books.

Last but not the least, there are so many good blogs with good content. It’s a pity that I can pick only ten. It should not be understood, therefore, that the others ten are less good. The links in the bloggers’ name will direct you to the Blogger Indonesia of the Week review of a particular blogger from which you will find the blogger’s URL.

***

The Top Ten Blogger Indonesia 2008

1. Nana Podungge

2. Tasa Nugraza Barley

3. Rima Fauzi

4. Primadonna Angela

5. Agni Amorita

6. Anita Carmencita

7. Mulya Amri

8. Deden Rukmana

9. Sherwin Tobing

10. Dedi W. Sanusi

Happy New Year 2009 Everyone! Nothing like feeling anew and start afresh all the time! :)


SURPRISE ...

 


How long have I been idle to write in my 'intellectual' blog located at http://afeministblog.blogspot.com ?

 
Several months have passed since I started working as a school teacher that is really time-consuming (as well as energy-consuming!)

 
I have been complaining to myself due to this. So many complaints (seeing the injustice that happens to the marginalized ...) have been crowding my mind. 

 
But I can only complain because I am just a very bad time manager: I cannot manage my time well: teaching, teaching, and teaching, then reading, biking, swimming, and writing, not to mention my chores as Angie's mother (just imagine the abundant things a single parent must do).

 
And last two-week-end-of-year holiday, I COULD only write two articles ("Feminism" and "True woman = modern feminists?") I still cannot spare time to write my 'abundant ideas' triggered by watching INTO THE WILD, and about Irshad Manji, the Muslim feminist lesbian.


That's why what a surprise to find an email in my mailbox from someone I don't know personally, to congratulate me. What congratulation is for? Curious, I opened it. And ... A Fatih Syuhud, the 'king blogger' in Indonesia who 'found' my blog in 2006 and featured me in his blog, has selected the TOP TEN BLOGGER 2008. And ... my blog is in among those TOP TEN BLOGGER 2008.

 
W-O-W ...
Here is the link. Click it ...

http://fatihsyuhud.com/2008/12/31/top-ten-blogger-indonesia-2008/

I am obviously indebted to many bloggers--that I don't remember or even don't know--who have given the link to my blog in their blogs. The link apparently lead the visitors in their blog to visit my blog.

 
I am also indebted to those people who have visited my blog, for sure.

I AM STILL DUMB-FOUNDED HERE.

C-Net 21.09 060109

Monday, January 05, 2009

CNR 5

this is not my bike, pic taken some time in 2012, the bridge no longer existed

 

Bersepedaan
Keliling kota
Sepulang kerja
Sendirian
Not bad lah

(Lah, kamu sibuk kerja melulu
Kapan kan kau luangkan waktu
Gowes bersamaku?)

Special buat yg sedang siap-siap mau pulang, after the afternoon shift

PT56 21.56 050109

Klisak-klisik 2

Kala
mengingatmu
merindukanmu
menginginkanmu
berada di sini
bersamaku

Will you?

PT56 21.50 050109

Sunday, January 04, 2009

Menghindar ...

“Why invisibile?”
Tanya seorang teman tatkala out of the blue kusapa di YM, sementara dia tidak melihat nick-ku ‘menyala’ yang menunjukkan aku sedang online.
“Agar tidak dikerubuti para fans yang bejibun nungguin aku nongol di YM,” jawabku selalu. LOL. Bukannya sok ngetop nih, tapi di list YM ku ada ratusan ID orang. Sebagian kecil dari ratusan ID itu aku mengenalnya dengan baik. Misal, a good friend living in Holland, another good friend staying in Ohio now to pursue her study, a best friend living in NZ, some friends from b2w Semarang. Sebagian lain orang-orang yang mengetahui nick (maupun ID)ku dari blog dan sengaja ‘invite’ aku karena kepengen berdiskusi tentang beberapa artikel yang kutulis. Yang lain, entah darimana mereka mengetahui ID ku dan invite. Aku super jarang menolak invite semacam itu, karena kok aku jadi merasa ‘sok’ banget. Namun akibatnya ya itu, aku selalu ngumpet kalau sedang online di YM.
Ada beberapa alasan mengapa aku menghindar:
1. pengalaman buruk di’abuse’ orang, baik lewat sexchat maupun webcam
2. pengalaman buruk menghadapi seseorang yang tiba-tiba menjadi obsesif terhadapku, padahal chat juga baru sekali/dua kali
3. aku selalu sibuk berkonsentrasi ke blog jikalau sedang online, atau membaca messages yang masuk ke milis-milis yang kuikuti
4. ada sebagian besar dalam sifatku ini sebagai seseorang yang aloof, atau ‘recluse’
5. males beramah tamah dengan orang (nah, ini berkaitan erat dengan alasan nomor 4)
***
Beberapa minggu terakhir ini aku sedang membaca MISSING MOM tulisan Joyce Carol Oates. Tokoh utamanya bernama Nicole Eaton (or Nikki for short), seorang perempuan berusia 31 tahun, single, bekerja sebagai journalist sebuah surat kabar. Ibunya terbunuh oleh seseorang yang dipekerjakan oleh ibunya itu sebagai seorang tukang yang memperbaiki ini itu di rumah. (Nikki tinggal di tempat lain. Ibunya tinggal seorang diri di rumah.)
Kemarin aku tiba di bagian ‘avoiding (I)...’. Nikki menulis mengapa orang-orang menghindarinya beberapa bulan setelah peristiwa pembunuhan itu. Tetangga. Teman gereja ibunya. Sobat lama Nikki tatkala duduk di bangku sekolah. Termasuk keponakannya sendiri, anak kakaknya. (Nikki has one elder sister.) Nikki tidak paham mengapa orang menghindarinya? Bahkan orang-orang yang di saat pemakaman menangis, sembari memeluk Nikki erat-erat. Mereka terlihat begitu ‘shocked’, tidak percaya peristiwa sekeji itu terjadi kepada seseorang yang begitu baik.
Mengapa orang-orang menghindari Nikki?
Mungkin mereka lama-lama lelah menunjukkan simpati.
Mungkin mereka sudah tidak tahu lagi apa yang harus dikatakan tatkala bertemu dengan Nikki.
Mungkin mereka tidak tahu lagi bagaimana menghibur Nikki.
Padahal Nikki sendiri sudah tidak ingin ‘dikasihani’ lagi.
Padahal Nikki sendiri sudah tidak ingin diberi tatapan mata, “I know how you feel. Your mother was murdered by a man, only because he wanted your mom’s credit card.”
Padahal Nikki sendiri sudah ingin hidup layaknya orang lain, yang tidak mengalami peristiwa pembunuhan pada salah satu anggota keluarganya, not to mention the mother.
***
Aku jadi ingat pertanyaan Angie, ketika her ex-boyfriend menghindari bertatapan mata dengannya. “Why should he avoid me, Mama?” padahal mereka berpisah dengan baik-baik. (I mean, dua-duanya setuju mengakhiri hubungan mereka dengan baik-baik. Bukan karena ada pihak ketiga. Apalagi keempat.)
“Perhaps he was just awkward to you, honey. He did not know how to behave in front of you?” jawabku.
“Why should he?” cecar Angie.
“Malu kali. Kan dia anaknya pemalu?” sambungku.
“Mengapa dia malu hanya kepada Angie?” kejar Angie.
“Because he still loves you.” jawabku, sekenanya.
LOL.
Wajah Angie pun bersemu merah. LOL.
Aku juga jadi ingat komplain Angie ketika a neighbor yang kebetulan teman Angie waktu duduk di bangku TK tiba-tiba menutup kaca helmnya, tatkala akan berpapasan denganku dan Angie. Aku akan mengantar Angie sekolah. Dan teman Angie itu pun akan berangkat sekolah. (dengan arah berlawanan.)
“Why should he avoid looking into my eyes?” komplain Angie.
“He is shy to you.” Jawabku.
“We are friends, Mama. You know that. Why should he be shy to me? Only to look into my eyes, only for some seconds?” komplain Angie lagi.
“He has a crush on you, maybe?” jawabku.
“Mama suka ngaco jawabannya!” seru Angie. LOL.
“Who knows, honey? Only God knows?!?”
Dan Angie pun memonyongkan bibirnya. LOL.
***
Tatkala mengurus surat pindah dari Bulustalan ke Pusponjolo, satu hal yang paling tidak kusukai, sehingga pengennya sebisa mungkin kuhindari, adalah meminta surat keterangan dari Ketua RT dan pihak kelurahan, karena biasanya akan terjadi tanya jawab yang lebih cenderung investigasi, yang membuatku seolah-olah menjadi pesakitan.
Namun sebagai warga negara, aku WAJIB memiliki KTP, juga surat KK. (Sekarang juga tambah NPWP ya? Masih untung NPWP diurus di kantor, jadi tidak ada ‘investigasi’ yang senantiasa membuatku merasa seorang kriminal.) Saking segannya berurusan dengan aparat RT dan kelurahan, sering aku memimpikan hidup seperti Christopher McCandles, tokoh utama dalam film INTO THE WILD. “Live in the wild. Away from mean society.” Atau Henry David Thoreau yang meninggalkan kehidupannya di kota untuk tinggal di sebuah hutan, seperti yang dia tulis dalam WALDEN, yang menginspirasi seorang Christopher McCandles.

Do you often have to avoid someone/something?
PT56 12.37 301208

Friday, January 02, 2009

New year resolution

In fact, I hardly ever make new year resolution. First time I made it by the end of 2004. Only one of them I made to come true, almost a year after that, due to my laziness. (And my being a perfectionist. A good friend labeled me. Well, she just valued me too highly, I believe.)
This year, what will I make for my new year resolution? Or a beuer question, why should I bother myself to make it this time?
Just to write in my blog, to be honest, since I'm a narcist. LOL.
To be a better Mom for my only daughter. If I can be one. :-)
To be a better daughter for my Mom. (I know I've made her disappointed in religiosity, since we have been in 'different boats' though still under the same flag. Because of the intellectual gap between us. I'm sorry to say this. But I can't help it. :-()
To bike more to reach any destination I go, to care the environment, since I'm not vegan, and gardening is not my cup of tea.)

To be continued.

Crbn 17.46 020109